Rabu 30 Mar 2022 22:58 WIB

Wapres: Kenyang tidak Harus Makan Nasi

Terdapat sumber pangan lain yang bisa menjadi pilihan masyarakat, seperti pisang.

Rep: Fauziah Mursid, Dadang Kurnia/ Red: Andri Saubani
Wakil Presiden Ma
Foto: BPMI/KIP
Wakil Presiden Ma

REPUBLIKA.CO.ID, PONOROGO--Wakil Presiden Ma'ruf Amin mengatakan sumber pangan saat ini beranekaragam tidak hanya beras atau nasi. Wapres menjelaskan, seiring dengan diversifikasi pangan, terdapat sumber pangan lain yang bisa menjadi pilihan masyarakat, seperti halnya pisang.

Hal ini disampaikan Wapres saat mengikuti panen perdana Pisang Cavendish di Desa Pulung, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Rabu (30/3). Wapres menyebut, Indonesia memiliki kekayaan melimpah salah satunya keanekaragaman genetik pisang.

Baca Juga

"Seiring dengan gerakan diversifikasi pangan, Kenyang tidak harus makan nasi, ini semboyannya betul ya? Kenyang tidak harus makan nasi. Pangsa pasar pisang di dalam negeri akan semakin potensial," kata Wapres.

Wapres menjelaskan, sumber kandungan  pisang juga tidak kalah dibandingkan dengan nasi. Menurutnya, memakan dua buah pisang saja sudah setara dengan 100 gram nasi.

Namun demikian, masyarakat Indonesia sudah terbiasa makanan pokok utamanya adalah nasi.

"Jadi sebenarnya kalau bapak/ibu makan dua buah pisang, itu artinya sudah cukup mengenyangkan, untuk mengganti satu porsi nasi. Jadi, makan dua pisang tidak perlu makan nasi. Tapi biasanya kita makan nasi iya, juga pisang iya," kata Kiai Ma'ruf yang kemudian disambut tawa hadirin.

Dalam kesempatan itu, Kiai Ma'ruf mendorong daerah terus mengembangkan produk hortikultura yang berorientasi ekspor, salah satunya buah Pisang Cavendish yang peluang ekspornya masih besar. Wapres mengungkap, pada 2020 produksi pisang mencapai lebih dari 8 juta ton. Sementara, volume ekspor pisang mencapai 5.500 ton per Mei 2021. Jumlah ini terbesar kedua setelah ekspor buah manggis.

"Saya kira kita ingin hortikultura yang memiliki pasar bagus itu kita kembangkan seperti Pisang Cavendish ini. Menurut informasi yang saya terima, pasar ekspornya itu baru satu persen. Jadi peluang pasarnya masih besar sekali," kata Wapres.

Saat ini, baru beberapa daerah yang menghasilkan pisang ini di Indonesia. Untuk itu, Wapres mendorong perlu terus ditingkatkan produksi, baik dari segi kuantitas, kontinuitas, maupun juga kualitas pisang.

"Dan Cavendish ini sudah berhasil dikembangkan dan diekspor dikembangkan di beberapa daerah, ada di Aceh, lampung, kemudian Jawa Timur paling banyak, Blitar dan beberapa daerah lain, bahkan juga di Jawa Barat, Garut dan Sukabumi, kemudian juga di Bali Jembrana," katanya.

Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku pihaknya terus menggeber perluasan akses ekspor pisang ke Pasar Global. Menurutnya, pangsa ekspor buah-buahan dunia khususnya komoditas pisang ini menjadi peluang bagi Indonesia. 

Provinsi Jawa Timur, kata Khofifah, menjadi daerah penghasil pisang terbesar di Indonesia pada 2020 dengan total produksi lebih dari 2,6 juta ton. Artinya, sekutar 32 persen dari produksi pisang nasional berada di Jatim.

"Jawa Timur terus berupaya meningkatkan produksi, baik dari segi kuantitas, kontinuitas, maupun juga kualitas," kata Khofifah saat mendampingi Wakil Presiden Ma'ruf Amin dalam acara panen perdana pisang Cavendish di Desa Pulung, Kecamatan Pulung, Kabupaten Ponorogo, Rabu, (30/3). 

Khofifah menjelaskan, daerah produsen pisang tertinggi di Jatim adalah Kabupaten Malang, Pasuruan, Lamongan, Banyuwangi, Lumajang, dan Ponorogo. Khofifah melanjutkan, kemitraan antara pemerintah pusat, pemerintah daerah, perusahaan swasta, dan petani, menjadi kunci meningkatkan produktivitas produk pisang, utamanya jenis Cavendish.

"Sehingga dapat memenuhi kebutuhan baik bagi pasar lokal maupun pasar global," ujarnya.

Khofifah meyakini, perluasan pasar pisang dapat berdampak langsung pada kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP) Jawa Timur. Pada Desember 2021, NTP naik 1,33 persen dari 100,88 menjadi 102,22. Sub sektor yang mengalami kenaikan NTP terbesar terjadi pada sub sektor hortikultura sebesar 12,35 persen. 

 

"Diikuti sub sektor peternakan sebesar 0,32 persen, subsektor tanaman pangan sebesar 0,11 persen, dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,01 persen," ujarnya.

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement