Elon Musk akan Hilangkan Bot Spam di Twitter, Apa Dampaknya bagi Indonesia?
Rep: Meiliza Laveda/ Red: Fernan Rahadi
CEO Tesla Elon Musk | Foto: EPA-EFE/BRITTA PEDERSEN
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- CEO Tesla Elon Musk pada Senin mengejutkan publik dengan mengumumkan keputusan membeli Twitter seharga 44 miliar dolar AS atau sekitar Rp 633 triliun. Lewat keputusan itu, Musk akan menerapkan sejumlah perubahan, di antaranya adalah mengembalikan kebebasan berbicara dan menghilangkan bot spam di platform.
Pengamat media sosial dari Komunikonten Hariqo Wibawa Satria mengatakan penghapusan bot spam menjadi kabar baik. Sebab, ini akan berpengaruh pada informasi yang urgensi di media sosial dan menghambat para buzzer. Hariqo menyebut buzzer terdiri dari dua, ada yang menggunakan akun asli dan akun bot spam.
"Memang ada orang yang bekerja untuk reputasi seseorang atau lembaga. Dengan adanya bot atau kelonggaran keamanan di Twitter dalam mengatur akun, itu bisa dimanfaatkan untuk apa pun. Misal, pada bisnis, pemasaran, dan politik," kata Hariqo kepada Republika, Selasa (26/4/2022).
Dia menyebut ada banyak topik di Trending Twitter yang menyangkut urgensi, seperti kabar duka meninggalnya salah satu tokoh nasional. Namun, topik tersebut biasanya tenggelam. Sedangkan topik lain yang dianggap tidak urgensi, bisa trending dalam jangka waktu lama. Ini menyebabkan fakta yang diterima warganet terkaburkan dan mengesampingkan hal yang penting.
"Yang seharusnya trending jadi tidak trending lagi. Yang trending malah hal lain, misalnya spam K-pop. Sebaiknya itu dibuat bukan trending tetapi iklan saja karena lebih soft. Karena ketika diunggah di Twitter, muncul di timeline. Kalau trending harusnya sesuatu yang memang betul dibicarakan orang, bukan digerakkan oleh mesin atau robot,” ujarnya.
Hariqo melanjutkan pentingnya literasi media juga perlu diperhatikan. Literasi media bukan hanya berlaku untuk masyarakat tetapi para pengambil kebijakan agar tidak tertipu oleh para buzzer. Misal, satu kebijakan yang merugikan banyak orang di beberapa akun malah disebut bagus.
“Itu tidak sehat sehingga secara umum yang masih terkontrol memang media konvensional karena ada dewan pers. Kalau media sosial penetrasinya tinggi hanya tidak bisa dijadikan rujukan yang benar,” ucapnya.
Lebih lanjut, Hariqo mengatakan keputusan Elon Musk dalam penghapusan bot spam akan menghambat kinerja para buzzer. Musk berani memutuskan karena masalah bot spam bukan hanya terjadi di Indonesia melainkan di banyak negara.
“Kenapa Musk sukses beli Twitter dan akan hapus bot karena di seluruh dunia juga mengeluhkan hal yang sama, termasuk di Indonesia, salah satu pengguna Twitter terbanyak. Alih-alih membantu berkomunikasi, ini malah merugikan pemerintah karena gagal memotret situasi yang sebenarnya,” katanya.
Pendiri Drone Emprit dan Media Kernels Indonesia Ismail Fahmi mengatakan sebaiknya masyarakat harus menunggu informasi lebih lanjut keputusan Musk. “Kita harus menunggu bagaimana keputusan itu. Tapi dari wawancara terakhir, ia menyatakan akan membuat Twitter lebih baik, memisahkan manusia dan robot,” kata Ismail.
Namun, Ismail mengungkapkan ada satu kekhwatiran jika Musk benar-benar ingin memisahkan manusia dan robot. Menurut cuitan Musk, untuk menentukan pengguna Twitter merupakan manusia asli atau robot nantinya akan diberikan tanda.
Kemungkinan tandanya bukan berupa centang biru tetapi untuk mendapatkan tanda manusia asli harus membayar dan mungkin ada tahapan verifikasi yang harus dilewati. “Saya khawatir, orang-orang yang sudah ditandai manusia adalah orang-orang yang hanya membayar saja,” ucap dia.
Meski begitu, keputusan Musk untuk menghapus bot spam merupakan langkah baik. “Harus dilihat kebijakannya diterapkan atau tidak. Intinya, kalau memang niat awalnya memerangi spam, hoaks, saya kira akan bagus karena masih banyak beredar akun-akun spam dan bot di Twitter," katanya.