Rabu 27 Apr 2022 08:59 WIB

Pendapatan Buruh Panggul di Pelabuhan Merak Turun Drastis

Jika sebelum pandemi bisa mendapatkan Rp 300 ribu, kini hanya Rp 30 ribu.

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Ratusan truk dan kendaraan pengangkut barang lainnya yang akan menyeberang ke Pulau Sumatra antre di Dermaga V Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Selasa (26/4/2022).
Foto: ANTARA/Asep Fathulrahman
Ratusan truk dan kendaraan pengangkut barang lainnya yang akan menyeberang ke Pulau Sumatra antre di Dermaga V Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Provinsi Banten, Selasa (26/4/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, CILEGON -- Pendapatan buruh panggul di Pelabuhan Merak, Kota Cilegon, Provinsi Banten, pada arus mudik Lebaran tahun 2022 menurun drastis dibandingkan tiga tahun lalu. "Biasanya, pada H-6 bisa membawa uang ke rumah Rp 300 ribu, namun kini hanya Rp 30 ribu," kata Ucin (60 tahun) seorang buruh panggul saat ditemui di Pelabuhan Merak, Selasa (27/4/2022).

Pendapatan buruh panggul selama dua tahun terakhir atau sejak adanya pandemi Covid-19 memang menurun drastis. Bahkan, pendapatan jasa angkut barang itu hanya bisa digunakana untuk makan sehari-hari saja. Ucin tidak bisa menjadikan pendapatan dari jasa tersebut untuk menyambut Lebaran.

Selain itu, sambung dia, kebanyakan pemudik sekarang merupakan penumpang di atas kendaraan pribadi. Sampai H-6, pemudik Lebaran melalui Pelabuhan Merak tampak sepi. Beruntung, Ucin mengaku, sudah tidak punya anak kecil. "Kami tentu mengeluh menurunya pendapatan itu, terlebih sudah mendekat Lebaran," kata Ucin.

Begitu juga Madali (55), warga Merak mengaku pendapatan buruh panggul terjadi penurunan akibat pandemi Covid-19. Pemerintah sudah melonggarkan arus mudik Lebaran tahun ini dengan syarat sudah divaksin booster, namun kondisi Pelabuhan Merak belum normal seperti 2019. "Kami pada H-7 Senin (25/4) normalnya sudah mengantongi Rp 400 ribu, namun saat ini hanya Rp 35 ribu," katanya.

Madali mengatakan, menurunnya pendapatan buruh panggul itu tentu dikhawatirkan tidak terpenuhi kebutuhan untuk Lebaran. Selain itu, juga pekerjaan buruh panggul di Pelabuhan Merak saling bergantian. "Kami hari ini bekerja, nanti Rabu besok diganti orang lain," kata Madali yang mengaku bekerja sebagai buruh panggul selama 40 tahun.

Dia mengatakan, sebagai jasa pengantar barang milik penumpang, tidak mematok bayaran. Madali hanya meminta keikhlasan upah dari pemudik. Terkadang pemudik memberikan upah jasa Rp 15 ribu, juga terkadang Rp 50 ribu.

Bahkan, juga terkadang ada pemudik yang tidak mengasih uang. Pendapatan buruh panggul, kata Madali, bisa membantu ekonomi keluarganya. "Kami sebagai jasa angkutan hanya seikhlas pemberian pemudik," katanya.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement