Menlu Puji Konsistensi Aisyiyah Memajukan Peran Perempuan
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Menlu Puji Konsistensi Aisyiyah Memajukan Peran Perempuan (ilustrasi). | Foto: dok Kemenlu RI/Fergi
REPUBLIKA.CO.ID,YOGYAKARTA -- Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menilai, pendidikan tidak cuma memperbaiki kualitas individu, tapi kualitas masyarakat dan awal tercipta bangsa beradab. Ilmu pengetahuan dapat membuka cakrawala perempuan di berbagai bidang.
Untuk itu, Retno mengaku sangat mengapresiasi eksistensi Aisyiyah yang sejak didirikannya lebih dari satu abad yang lalu telah secara konsisten mendorong akses pendidikan. Baik pendidikan formal dan nonformal masyarakat Indonesia.
Di depan 150 peserta luring dan lebih dari 1.000 peserta daring, Retno menyebut beberapa permasalahan yang dihadapi dunia saat ini. Permasalahan itu membawa dampak yang sangat besar, terutama bagi kelompok perempuan dan anak-anak.
"Kemiskinan dan kesetaraan gender menjadi aspek yang paling terdampak dan pada 2020 saja setidaknya 100 juta orang baru yang turun ke bawah garis kemiskinan, pemenuhan hak-hak perempuan juga mengalami kemunduran hingga satu generasi," kata Retno dalam Tasyakur Milad 105 Aisyiyah di Unisa Yogyakarta, Kamis (19/5/2022).
Ia menyebut, laporan WEF terkait kesenjangan gender global untuk 2021 sebagai data yang cukup mencengangkan. Perlu 135,6 tahun menutup kesenjangan gender dunia, di bidang politik perlu 145,5 tahun untuk mencapai kesetaraan gender.
Bahkan, dalam partisipasi ekonomi diperlukan 267,6 tahun mengakhiri kesenjangan gender. Di semua krisis yang terjadi perempuan selalu jadi kelompok yang paling rentan terdampak. Tapi, tidak menutup peran perempuan menunjukkan kontribusinya.
Hal tersebut dikarenakan dalam sisi mata koin yang berbeda, perempuan memiliki beberapa keunggulan. Dari sisi lain, seperti dari jumlah penduduk, 49.6 persen penduduk dunia perempuan. Di Indonesia, 53,7 persen UMKM dimiliki perempuan.
Kemudian, 97 persen karyawannya merupakan perempuan. Demikian pula dengan sektor kesehatan dengan 70 persen tenaganya merupakan kaum perempuan. Dari itu semakin menguatkan peran penting perempuan sebagai agen perubahan dan pembangunan.
"Perempuan juga dapat menjadi agen perdamaian dan toleransi," ujar Retno.
Dalam usianya yang 105 tahun, Retno menyebut peran Aisyiyah sangat berarti dalam memajukan peran perempuan, termasuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia. Bahkan, ia menekankan, peran itu tidak hanya bagi bangsa Indonesia.
Retno menyebut, Aisyiyah bersama Muhammadiyah turut berkontribusi besar bagi penanganan isu-isu global bekerja sama dengan Kementerian Luar Negeri. Maka itu, ia mengapresiasi atas komitmen Aisyiyah untuk terus memajukan peran perempuan.
"Dalam sejarah perjalanan politik luar negeri kita banyak sekali kerja sama yang terjalin baik dengan Aisyiyah maupun Muhammadiyah dalam berbagai isu, dan ini tentunya harapan saya kerja sama ini dapat terus kita perkuat," kata Retno.