Kuliner Jadi Pemasok PAD Terbanyak Sektor Pariwisata Sleman
Red: Yusuf Assidiq
Kampung Flory yang terletak di Desa Tridadi, Sleman, Yogyakarta menyajikan wisata keluarga yang mengombinasikan pendidikan, alam, dan kuliner. | Foto: Dok BI Sumbar
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Sleman dikenal sebagai Kota Pariwisata dengan banyaknya destinasi wisata maupun desa wisata. Uniknya, sampai semester pertama tahun ini pajak restoran justru jadi penyumbang terbanyak PAD dari sektor pariwisata.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Sleman, DIY, Suparmono mengatakan, target PAD untuk Kabupaten Sleman sebelum ada perubahan sebanyak Rp 900.527.264.074. Sedangkan, target PAD dari sektor pariwisata Sleman mencapai sekitar Rp 207.601.427.000.
Angka ini tentu jauh lebih tinggi dari tahun lalu, dengan total PAD sekitar Rp 770.675.023 dan target sektor pariwisata hanya Rp 137.879.000.000. Realisasi sampai April 2022 mencapai 81.961.819.759 dan Mei 2022 Rp 100.951.860.587.
"Jadi, realisasi sektor pariwisata sudah sekitar 48 persen," kata Suparmono, Jumat (10/6).
Ia mengungkapkan, pada kondisi normal Januari-Februari pemasukan cuma mengalami kenaikan sekitar Rp 10 miliar. Namun, pada liburan Mei 2022 seperti Idul Fitri, kenaikan bisa mencapai angka Rp 20 miliar lebih, dua kali dari libur awal tahun.
Sampai Mei 2022, pajak restoran jadi yang terbanyak mencapai Rp 52.222.745.861, disusul pajak hotel Rp 42.078.773.427, pajak hiburan Rp 4.580.010.849, dan Dispar Rp 2.070.330.450. Hal ini menandakan banyaknya wisatawan selama libur Mei 2022.
Mengingat begitu kuat sumbangsih dari kuliner, Suparmono merasa, Sleman ke depan harus menggarap sisi ini secara lebih serius lagi. Ia berpendapat, Sleman sudah harus ada pemetaan wisata kuliner agar mengetahui potensi-potensi yang dimiliki.
"Itu yang kita tawarkan terus-menerus, misal liburan ini ada kuliner apa saja. Ini masih kajian, tapi yang terpenting dasar angka-angka sudah kita dapatkan, ujar Suparmono.
Kabid Pengembangan Destinasi Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dispar Sleman, Aris Herbandang menuturkan, geliat wisata yang sangat dominan memang masih destinasi wisata. Seperti Tebing Breksi, Studio Alam Gamplong, Kaliurang, dan lain-lain.
Perkembangannya, saat ini sudah mulai masuk wisatawan kategori kelompok-kelompok besar yang datang ke Sleman. Terkait liburan sekolah, ia meyakini, setelah ujian sekolah kelompok-kelompok besar wisatawan ini akan kembali memasuki ke Sleman.
"Biasanya yang laris dikunjungi tidak cuma destinasi wisata, tapi desa wisata. Melalui forum komunikasi Dispar Sleman terus melakukan diskusi, beberapa desa wisata sudah membuat inovasi untuk atraksi baru yang dapat dinikmati wisatawan," kata Bandang.
Kabid Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) dan Usaha Pariwisata Dispar Sleman, Nyoman Rai Savitri menambahkan, desa-desa wisata di Sleman terus berbenah. Lalu, Dispar Sleman turut mendorong desa-desa wisata berani membuat inovasi layanan.
Salah satunya Dewis Pancoh membuat layanan kuliner yang bisa diakses tanpa pemesanan. Kemudian, Tebing Breksi yang sebelum terbit matahari sudah siap membuka diri, sehingga kapan saja bus-bus wisatawan datang mereka sudah bisa masuk.
"Hal ini untuk menjawab kebutuhan dari bus-bus yang datang sebelum matahari terbit," ujar Nyoman