Rabu 15 Jun 2022 10:43 WIB

38 Rumah Warga Takalar Rusak Diterjang Angin Puting Beliung

Sebanyak delapan unit rumah mengalami rusak berat.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Ilham Tirta
Warga membawa barang rumah tangga untuk diungsikan setelah atap rumahnya rusak akibat diterjang angin kencang (ilustrasi).
Foto: ANTARA/Irwansyah Putra
Warga membawa barang rumah tangga untuk diungsikan setelah atap rumahnya rusak akibat diterjang angin kencang (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Angin puting beliung yang terjadi pada Ahad (12/6/2022) di Desa Rewataya, Kecamatan Kepulauan Tanakeke, Kabupaten Takalar, Sulawesi Selatan menyebabkan 38 rumah warga rusak. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Takalar mencatat sebanyak 8 unit rumah rusak berat dan 30 unit lainnya rusak ringan.

Selain rumah, 3 unit gudang penyimpanan rumput laut dan 1 gedung fasilitas kesehatan juga mengalami kerusakan. "Sebagian besar rumah mengalami kerusakan pada bagian atap yang rata-rata terbuat dari bahan seng. BPBD melaporkan 8 KK yang rumahnya rusak berat mengungsi sementara dengan kerabat terdekat," kata Plt Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, Rabu (15/6/2022).

Baca Juga

Hingga Rabu (15/6/2022), BPBD Takalar berkoordinasi dengan aparat desa dan TNI/Polri untuk melakukan asesmen lanjutan pascaterjadinya angin puting beliung. Selain itu, pihaknya telah memberikan bantuan logistik darurat kepada 38 keluarga terdampak.

Hingga 3 hari kedepan, Sulawesi Selatan berpotensi mengalami cuaca ekstrem seperti hujan lebat, angin kencang, dan puting beliung. Sementara, di Kabupaten Takalar berpotensi mengalami hujan ringan hingga sedang.

Prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika menyataka, sebagian besar wiayah mengalami awal musim kemarau pada bulan April hingga Juni 2022. Meskipun begitu, beberapa wilayah di Indonesia masih berpotensi mengalami hujan disertai angin kencang yang dapat memicu terjadinya bencana hidrometeorologi basah.

Merespons prakiraan cuaca tersebut, BNPB mengimbau kepada masyarakat dan pemerintah daerah meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi, khususnya cuaca ekstrem terlebih dengan adanya peralihan musim yang dapat menimbulkan fenomena angin kencang atau angin puting beliung.

Perangkat daerah setempat dapat melakukan pemotongan dahan, ranting maupun material pohon yang rimbun untuk meminimalisir potensi pohon tumbang. Kemudian, memberikan informasi peringatan dini kepada warga setempat terkait curah hujan jika sudah mengguyur wilayah lebih dari satu jam.

Masyarakat juga dapat memantau prakiraan cuaca melalui laman BMKG dan mengetahui potensi bencana yang ada di sekitar tempat tinggal melalui inaRisk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement