REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA-- PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyumbang laba BUMN sebesar Rp 28,03 triliun pada 2021. Adapun realisasi ini naik 66,83 persen secara tahunan dibandingkan periode sama tahun sebelumnya senilai Rp 16,8 triliun.
"Kami sangat mengapresiasi konsistensi pemerintah khususnya BUMN dalam mendorong percepatan pertumbuhan ekonomi nasional untuk menggairahkan roda perekonomian di dalam negeri," ujar Direktur Hubungan Kelembagaan Bank Mandiri, Rohan Hafas dalam keterangan resmi, Rabu (15/6/2022).
Dia menjelaskan performa yang cemerlang ini terus berlanjut dengan laba bersih sebesar Rp 12,1 triliun atau tumbuh 78,1 persen secara year on year (yoy) pada April 2022 atau yang terbesar di jajaran kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) IV secara bank only. "Pertumbuhan tersebut tentunya tidak terlepas dari konsistensi Bank Mandiri dalam menjaga optimisme dengan memaksimalkan potensi dan peluang yang ada," jelasnya.
Dia melanjutkan kemampuan Bank Mandiri dalam mencetak laba juga tidak terlepas dari fungsi intermediasi yang dijaga optimal, tercermin dari pertumbuhan kredit pada April 2022 tumbuh 12,2 persen (yoy) atau jauh di atas rata-rata industri.
Selain itu, pertumbuhan kredit Bank Mandiri, juga disertai dengan kualitas aset yang terjaga optimal."Hasilnya, sampai dengan akhir kuartal I 2022 Bank Mandiri mampu menjaga rasio kredit bermasalah (NPL) level 2,74 persen atau menurun dari periode setahun sebelumnya sebesar 3,30 persen," kata Rohan.
Adapun perbaikan dari sisi kualitas kredit ini juga sejalan dengan pertumbuhan ekonomi masyarakat. Terlebih, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada April 2022, nilai restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 telah menuju ke angka Rp 606,39 triliun.
Posisi ini sudah jauh lebih rendah, dari level tertingginya pada 2020 yang menyentuh Rp 1.000 triliun. Hal ini menandakan, tingkat kemampuan membayar debitur terus membaik yang diikuti dengan peran perbankan yang mendorong perbaikan kualitas kredit.
Bank Mandiri pun mencatat tren restrukturisasi debitur terdampak Covid-19 kian melandai dengan posisi restrukturisasi kredit akhir April 2022 menjadi Rp 64 triliun."Restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 Bank Mandiri telah mencapai puncaknya sekitar kuartal II-2021 dan terus menunjukkan tren penurunan secara bertahap sampai dengan April 2022," katanya.
Maka demikian, menurut dia, bila dibandingkan dengan posisi tertinggi pada Juni 2021, posisi restrukturisasi Covid-19 Bank Mandiri telah menurun sebesar Rp 32,48 triliun. Lebih lanjut, penurunan ini berasal dari kemampuan membayar debitur yang menunjukkan perbaikan.
Rohan menyebut tren penurunan restrukturisasi Covid-19 juga tercermin dalam total rasio loan at risk (LAR) termasuk debitur terdampak Covid-19 yang mencapai level 16,4 persen pada April 2022. Adapun posisi tersebut menurun dibandingkan periode akhir tahun 2021 yang menyentuh 17,75 persen.
"Untuk menjaga kualitas kredit, Bank Mandiri secara intens melakukan monitoring termasuk melakukan stress test secara berkala serta menerapkan early warning sign untuk memastikan posisi pencadangan berada level optimal," kata Rohan.
Optimalisasi aset yang konsisten ini pun berbuah manis terhadap profitabilitas yang membaik. Terlihat dari posisi Return of Asset (ROA) Bank Mandiri yang terus membaik ke level 3,34 persen pada Maret 2022.
Tak hanya itu, biaya kredit atau cost of credit Bank Mandiri juga ikut membaik menjadi 1,57 persen pada kuartal I 2022 atau menurun sebesar 78 basis poin secara tahunan. "Hal ini menandakan Bank Mandiri mampu mengelola seluruh aset untuk mendukung bisnis dalam menghasilkan kinerja yang optimal bagi perusahaan," kata Rohan.