Solo Sediakan Armada Khusus Layani Wisata Aglomerasi
Red: Yusuf Assidiq
Sejumlah bus berkonvoi seusai peluncuran BST koridor 5 dan 6 di Balai Kota Solo, Jawa Tengah. Pengoperasian BST koridor 5 dan 6 tersebut untuk meningkatkan pelayanan aglomerasi angkutan transportasi umum kepada masyarakat Solo dan sekitarnya guna mendukung pertumbuhan ekonomi dan pariwisata. | Foto: ANTARA/Maulana Surya
REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Pemerintah Kota Surakarta menyediakan armada khusus yakni bus pariwisata untuk perjalanan wisata aglomerasi yang melibatkan seluruh wilayah di Solo Raya. Kepala Dinas Perhubungan Kota Surakarta, Hari Prihatno, usai peluncuran bus pariwisata di Solo, mengatakan bus pariwisata untuk koridor aglomerasi tersebut saat ini tersedia tiga unit.
Bus ini sudah mulai beroperasi di Solo Raya, yakni Boyolali, Klaten, dan Sukoharjo. Ia mengatakan, dalam waktu dekat menyusul Kabupaten Wonogiri yang juga memiliki potensi wisata cukup besar.
"Kalau di daerah lain kan sifatnya wisata singkat, 4-5 jam. Seperti di Indrokilo Boyolali, di Sukoharjo ada tempat pembuatan gamelan, dan nanti di Klaten ke umbul mana. Kalau ke Wonogiri ini karena jauh jadi mungkin sampai seharian," katanya.
Menurut dia, untuk tahap awal ini kalangan yang disasar sebagai pasar bus pariwisata yakni kelompok sekolah. Selanjutnya akan mulai menyasar ke masyarakat umum. "Kami sampaikan ke masyarakat termasuk tarifnya. Ini nanti untuk ritel ada, bisa juga untuk carter," jelasnya.
Digarapnya wisata aglomerasi oleh Pemerintah Kota Surakarta melalui keberadaan bus pariwisata inikata dia, karena wisatawan sudah mulai bosan dengan destinasi yang ada di dalam Kota Solo.
"Kita tidak bisa hanya bicara Solo, wisatawan sudah bosan city tour bus tingkat karena destinasi kita juga masih kurang. Sebetulnya kami berharap di Solo ini banyak muncul destinasi wisata baru di mana masyarakat juga tertarik. Makanya kami kembangkan aglomerasi, termasuk semangatnya pak wali kan aglomerasi," katanya.
Untuk mengoptimalkan bus pariwisata ini, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan asosiasi terkait seperti Asosiasi Perusahaan Perjalanan Pariwisata (Asita) dan Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI). "Kami undang PHRI, misalnya dikemas jadi satu paket kamar dengan bus ini. Pada prinsipnya kami manfaatkan aset yang ada," ujar dia.