Senin 20 Jun 2022 16:47 WIB

Uni Eropa Nilai Rusia Pikul Tanggung Jawab Atas Krisis Pangan

Rusia harus bertanggung jawab jika terus memblokir pengiriman gandum dari Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Petani Serhiy melempar biji-bijian dari ember di lumbungnya di desa Ptyche di wilayah Donetsk timur, Ukraina, Minggu, 12 Juni 2022. Serhiy mengaku tidak bisa menjual biji-bijiannya karena tidak ada yang mau datang ke daerah yang menderita Penembakan Rusia. Ukraina adalah salah satu pengekspor gandum dan jagung terbesar di dunia, tetapi invasi Rusia dan blokade pelabuhannya telah menghentikan sebagian besar aliran itu.
Foto: AP Photo/Efrem Lukatsky
Petani Serhiy melempar biji-bijian dari ember di lumbungnya di desa Ptyche di wilayah Donetsk timur, Ukraina, Minggu, 12 Juni 2022. Serhiy mengaku tidak bisa menjual biji-bijiannya karena tidak ada yang mau datang ke daerah yang menderita Penembakan Rusia. Ukraina adalah salah satu pengekspor gandum dan jagung terbesar di dunia, tetapi invasi Rusia dan blokade pelabuhannya telah menghentikan sebagian besar aliran itu.

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSELS – Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan, Rusia harus bertanggung jawab jika terus memblokir pengiriman gandum dari Ukraina. Menurutnya, Moskow bisa dianggap melakukan kejahatan perang.

“Orang tidak dapat membayangkan bahwa jutaan ton gandum tetap diblokir di Ukraina, sementara di seluruh dunia orang-orang menderita kelaparan. Ini adalah kejahatan perang yang nyata,” kata Borrell dalam pertemuan para menteri luar negeri Uni Eropa di Brussels, Belgia, Senin (20/6/2022).

Dia menegaskan, krisis pangan saat ini tidak disebabkan oleh sanksi Uni Eropa. “Sanksi kami tidak menargetkan makanan, tidak menargetkan pupuk. Masalahnya berasal dari blokade Rusia terhadap gandum Ukraina,” ujarnya.

Menteri Luar Negeri Prancis Catherine Colonna turut mendesak Rusia menghentikan blokade terhadap ekspor gandum Ukraina. Menurutnya, tindakan tersebut berbahaya bagi stabilitas di dunia.

“Rusia harus berhenti bermain-main dengan kelaparan global,” ucapnya.

Para menteri luar negeri Uni Eropa berkumpul di Brussels untuk membahas cara membebaskan jutaan ton gandum Ukraina yang tertahan akibat Rusia memblokir pelabuhan Laut Hitam. Sejak Rusia melancarkan agresi dan berhasil memblokir pelabuhannya, terdapat lebih dari 20 juta ton gandum Ukraina yang terperangkap dan tak bisa diekspor.

Uni Eropa mendukung upaya PBB menengahi kesepakatan guna melanjutkan ekspor Ukraina via laut. Sebagai imbalannya ekspor makanan dan pupuk Rusia akan difasilitasi. Namun kesepakatan semacam itu membutuhkan persetujuan Moskow.

Awal bulan ini, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, negaranya siap mendukung kelancaran ekspor gandum dari pelabuhan-pelabuhan Ukraina yang kini berada di bawah kendali pasukan Rusia. Konflik antara Moskow dan Kiev diketahui telah melambungkan harga gandum dunia.

"Kami akan mendukung pengangkutan damai, kami menjamin keamanan pendekatan ke pelabuhan-pelabuhan ini, kami akan mendukung panggilan kapal asing dan lalu lintas mereka di Laut Azov serta Laut Hitam ke segala arah," kata Putin dalam sebuah wawancara dengan Rossiya-1 TV Channel pada 3 Juni lalu.

Menurut Putin, saat ini negara-negara Barat berusaha menutupi kesalahan kebijakan mereka sendiri dengan menyalahkan Rusia atas masalah di pasar pangan global. Dia menilai, masalah tersebut akan memburuk karena sanksi Inggris dan Amerika Serikat (AS) terhadap pupuk Rusia.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement