Kembali publik digegerkan dengan komunitas baru yaitu 'cross-hijaber'. Kemunculan mereka menjadi viral di media sosial. Dalam sekejap info tentang mereka menyebar di dunia maya. Seketika itu juga akun instagram mereka dibatasi, tidak bisa dilihat semua orang.
Komunitas cross-dress sebenarnya sudah ada sejak lama. Para pria berpakaian ala perempuan. Kelaianan orientasi seksual, membuat mereka senang tampil beda. Kini terbaru adalah berpakaian ala hijaber. Meniru para akhwat dengan berpakaian tertutup tapi tetap menyatakan bahwa identitas mereka adalah laki-laki.
Fenomena aneh cross-hijaber adalah kaum adam berdandan layaknya perempuan berhijab. Dengan kerudung, gamis dan niqab, mereka leluasa masuk ke area terbatas bagi para akhwat. Bisa jadi mereka juga ke tempat wudhu dan toilet perempuan, agar bisa melihat aurat lawan jenis mereka.
Keberadaan mereka sulit dikenali sebab tertutup cadar. Akan tetapi beberapa ciri digunakan sebagai langkah waspada, di antaranya adalah mereka menggunakan sarung tangan, mata pun dihias dengan maskara atau make-up.
"Fenomena cross-hijaber perlu diwaspadai, apa motif gerakan ini, apakah sekadar mode saja ataukah ada motif lain, misalnya kriminal, teror atau ingin merusak citra hijab itu sendiri," kata Wakil Ketua Umum MUI KH Zainut tauhid Sa'adi kepada Republika, Senin (14/10).
Padahal bukan hanya merusak citra hijab. Lebih dari itu, keberadaan mereka menjadi berbahaya, terutama jika mereka leluasa masuk ke area khusus perempuan yang selama ini dianggap aman bagi para ibu melepas anak perempuannya dan menanggalkan hijab mereka.
Oleh sebab itu perlu sanksi yang tegas agar menimbulkan efek jera. Jika tidak, maka keberadaan mereka akan terus bertambah banyak dan berpeluang untuk mengganggu. Sementara dalam Islam jelas,“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki” (HR. Bukhari 5885).
Dalam sekularisme kebebasan diberi ruang. Konten porno dengan mudah diakses anak-anak. Sehingga perilaku penyimpangan tumbuh subur di negeri dengan mayoritas muslim.
Hanya Islam, agama yang mampu mengatur umat dengan aturan terbaik. Menegakkan hukum Allah demi kemaslahatan umat.
Pengirim: Lulu Nugroho, Muslimah Penulis dari Cirebon