Idul Kurban Hidupkan Jiwa dan Semangat Berbagi
Rep: Wahyu Suryana/ Red: Yusuf Assidiq
Orang-orang membawa tas berisi daging kurban selama perayaan Idul Adha di Medan, Sumatera Utara, Indonesia, 10 Juli 2022. Idul Adha adalah salah satu dari dua hari raya umat Islam yang dirayakan setiap tahun. Ini menandai ziarah Muslim tahunan (haji) untuk mengunjungi Mekah, tempat paling suci dalam Islam. | Foto: EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Ketua Umum PP Muhammadiyah, Prof Haedar Nashir, mengajak kaum Muslimin menghidupkan kembali jiwa dan semangat berbagi. Sebab, ia merasa, inti ibadah kurban ruh untuk rendah hati mendermakan sebagian nikmat yang dimiliki.
Baik berupa ilmu, tenaga, akal pikiran, sampai harta yang semua dengan semangat pencerahan. Mereka yang memiliki ilmu tidak arogan dengan keilmuannya dan mau berbagi ilmu dalam usaha mencerdaskan dan mencerahkan akal budi umat dan bangsa.
"Sehingga, ilmu itu menyinari jiwa, akal budi, alam pikiran, dan menyinari tindakan," kata Haedar.
Haedar turut berpesan siapapun yang diberi kesempatan memiliki akses dalam kekayaan, kekuasaan, dan jabatan publik agar senantiasa menggunakan kelebihan yang dimiliki untuk semaksimal mungkin menebar kemaslahatan kepada orang banyak.
Ia menekankan, kekuasaan bukan untuk kekuasaan, kekuasaan bukan untuk memupuk oligarki, kekuasaan apalagi jangan sampai disalahgunakan untuk melakukan korupsi dan segala bentuk penyimpangan kekuasaan. Kekuasaan, lanjut Haedar, itu amanah.
Kekuasaan itu amanah, untuk berkhidmat baik dalam konteks kita ingin membangun umat terbaik maupun bangsa yang unggul. Maka, kekuasaan yang mau berkorban yaitu kekuasaan yang mampu menyejahterakan, mendamaikan, mempersatukan, dan memajukan.
Sekaligus, menghindari segala bentuk penyalahgunaan kekuasaan baik untuk diri sendiri, kroni, golongan, kelompok, dan apapun. Sehingga, amanat kekuasaan betul betul dirasakan umat banyak, termasuk untuk membela, melindungi seluruh bangsa.
"Bagi mereka yang sedang dilanda masalah, musibah, dan memerlukan pembelaan, negara harus hadir," ujar Haedar.
Bagi mereka yang memiliki kelebihan harta, ia mengingatkan, agar mereka dapat senantiasa berbagi kepada mereka yang kekurangan. Kelebihan itu baik yang diberikan secara individu, korporasi, ataupun kelebihan dalam perusahaan.
Haedar mengingatkan, jangan sampai kekayaan yang didapat itu kemudian malah membuat menjadi senjang dengan sesama rakyat dan anak bangsa. Karenanya, mereka yang memiliki akses dan kekuatan ekonomi sangat harapkan semangat berbaginya.
"Untuk membagi kue yang dimilikinya untuk keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia," kata Haedar.