REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Stigma Susu Kental Manis (SKM) yang hingga saat ini masih dianggap bisa menjadi pengganti susu bubuk atau susu formula sudah seharusnya dihilangkan. Memang sampai sekarang, masih banyak SKM yang dikemas seolah-olah sebagai susu.
Hal ini pula yang disampaikan oleh Kepala Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, dr Zaini Rizaldy S, saat memberikan pemaparan pada kegiatan bertajuk "Orientasi Kader Gerakan Aisyiyah Sehat (GRASS) untuk Percepatan Pencegahan dan Penurunan Stunting di Kota Pekanbaru Riau Tahun 2022".
Pada kesempatan tersebut, ia juga menyampaikan bahwa jika dilihat dari komposisi yang ada pada dalam kemasan Susu Kental Manis, terdapat beberapa bahan yang patut dipertanyakan, yaitu skim atau krimer, dan gula.
Hal inilah yang harus diperhatikan oleh orang tua, terutama terkait konsumsi gula pada anaknya. Terlebih, dalam SKM terdapat gula yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak.
"Ini dapat dijelaskan ke anak-anak bahwa ada susu yang banyak gulanya ada yang memang susu untuk anak. Jangan sampai salah kasih susu, memang sama-sama susu, tapi kalau tidak tepat penggunaannya bisa membahayakan. Seperti susu kental manis ini, kita memang biasanya terpengaruh iklan, dan kita tidak lihat komposisinya bagaimana," tutur dr Zaini.
Pemerintah melalui BKKBN saat ini jyga tengah gencar melakukan berbagai program guna penurunan angka stunting di indonesia menjadi 14 persen di tahun 2024.
Kepala BKKBN, Hasto Wardoyo juga menjelaskan jika WHO telah membuat batasan soal stunting yang tidak lebih dari 20 persen, salah satunya mengukur soal kecerdasan.
"Tapi ingat, yang stunting ini sekarang ini yang diukur adalah stunted. Jadi, tinggi badan vs umur," jelas Hasto.
Kemudian, ia menjelaskan jika stunting memiliki tiga konsekuensi, yakni, pendek, dimana stunting pasti pendek, tapi pendek belum tentu stunting. Lalu, kemampuan intelektualnya kurang atau perkembangannya terganggu, tidak optimal, serta prospek di hari tua sudah mulai muncul sakit-sakitan.
Sementara itu, Sekretaris Daerah Kota (Sekdako) Pekanbaru Muhammad Jamil saat menerima YAICI bersama PP / PWA Aisyiyah di kantor Walikota mendukung penuh kegiatan edukasi yang dilakukan oleh organisasi-organisasj masyarakat. Disampaikan Jamil, organisasi dengan kader-kader yang banyak bergerak dibidang kesehatan seperti Aisyiyah dapat berperan menjadi bagian dalam upaya mengejar target penurunan stunting di Pekanbaru sebesar 6 persen.
“Saya ingin kota Pekanbaru bebas stunting, kalua nggak bisa zero minimal di angka 6 persen. Memang stunting harus di keroyok, kita tidak bisa bekerja sendiri. Makanya kita bentuk tim untuk encegahan stunting di kota pekanbaru,” jelas Muhammad Jamil di Pekanbaru.
Jamil juga mengakui, kota Pekanbaru masih belum lepas dari kemiskinan yang menjadi salah satu faktor penyumbang kejadian stunting dan gizi buruk. Selain itu, pemahaman masyarakat mengenai stunting serta makanan bergizi juga masih rendah.
Oleh karena itu, ia berharap hasil penelitian mengenai gizi dan konsumsi kental manis pada balita dapat menjadi masukan dalam mengatasi persoalan stunting di kota Pekanbaru.