Kaum Muda Harus Berperan dalam Memitigasi Krisis Iklim
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kegiatan ‘Rembug Iklim’ yang digelar Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists/SIEJ) bersama Yayasan Indonesia Cerah, di Semarang, Sabtu (27/8). | Foto: dok. istimewa
REPUBLIKA.CO.ID,SEMARANG -- Kemampuan untuk beradaptasi terhadap perubahan iklim berikut dampak- dampak yang ditimbulkan bagi kehidupan di bumi harus dimiliki oleh kalangan anak muda di Indonesia.
Bahkan generasai penerus di bumi ini harus mampu menjadi agen perubahan dan berada di garda terdepan dalam mengajak masyarakat lebih peduli terhadap persoalan krisis iklim.
Hal ini terungkap dalam ‘Rembug Iklim’ yang digelar Masyarakat Jurnalis Lingkungan Indonesia (The Society of Indonesian Environmental Journalists/SIEJ) bersama Yayasan Indonesia Cerah, di Semarang, Sabtu (27/8).
Manajer Pengelolaan Pengetahuan dan Media WALHI Jawa Tengah, Patria Rizky Ananda mengungkapkan, anak muda harus bisa mengajak masyarakat untuk lebih peduli pada persoalan krisis iklim.
“Di antaranya dengan mengadaptasikan diri (individu) atau melalui sebuah gerakan kepedulian dengan memanfaatkan teknologi digital (menggunakan media sosial) yang akrab dengan anak muda,” jelasnya.
Dalam hal implementasi, jelas Patria Rizky, hal ini dapat dilakukan mengunggah hal- hal mengenai adaptasi apa yang dilakukan untuk krisis iklim dalam kehidupan sehari-hari.
Menurutnya, jika hal ini dapat dilakukan—akan menjadi bagian dari upaya mengedukasi tentang mitigasi terhadap perubahan/ krisis iklim.
Maka harus dimulai dari hal kecil dan diri sendiri dulu, seperti memilih dan memilah sampah, membiasakan tidak menggunakan tas plastik dan seterusnya.
“Bila perlu, lanjut Patria Rizky, juga mengisi ruang kraativitasnya dengan memperbanyak konten- konten yang meyuarakan kepedulian dan keberlangsungan kehiduan di bumi melalui media sosial,” lanjutnya.
Senada dengan Patria Rizky, Direktur Utama (Dirut) Inspirasi Keluarga KeSEMaT (IKAMaT), Ganis R Efendi menjelaskan bahwa inisiatif- inisiatif berbasis individu anak muda diperlukan dan digalakkan untuk menjawab berbagai permasalahan krisis iklim.
Ruang aktualisasi yang lebih luas dapat dimanfaatkan kaum muda untuk ikut mendorong masyarakat lebih peduli terhadap persoalan krisis iklim.
“Inisiatif dari kalangan muda itu bisa dilakukan dalam bentuk apa saja dan tidak perlu harus yang muluk-muluk atau harus melalui aksi yang besar- besaran, namun bisa dari hal- hal yang sederhana,” jelasnya.
Jurnalis IDN Times, Dhana Kencana mengungkapkan, kolaborasi jurnalis dengan kalangan muda sangat diperlukan untuk mendekatkan isu krisis iklim agar mudah dipahami oleh publik.
Sebab, selama ini krisis iklim masih dipahami secara parsial atau sepotong- potong oleh masyarakat. “Perlu alih bahasa agar informasi yang disajikan bisa lebih mudah dipahami dan sederhana untuk dimengerti oleh publik dari semua kalangan,” jelasnya.
Climate Communication Specialist Yayasan Indonesia Cerah, Arie Rostika Utami menambahkan, edukasi, sosialisasi dan informasi komprehensif mengenai krisis iklim sangat dibutuhkan, salah satunya kepada kalangan anak muda, yakni kaum milenial dan generasi-z.
“Peran kaum muda tentang pemahaman tentang krisis iklim penting karena mereka menjadi generasi penerus penghuni bumi, sekaligus calon pemimpin masa depan,” ungkapnya.
Maka kegiatan rembug iklim bakal digelar di empat kota di Indonesia, dengan diawali dari Kota Semarang. “Setelah Semarang, acara Rembug Iklim SIEJ dan Yayasan Indonesia Cerah juga bakal digelar di Bali (3 September 2022), Yogyakarta (10 September 2022) serta di Surabaya (17 September 2022) mendatang,” tegasnya.