REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika optimistis industri makanan dan minuman dapat tumbuh 7 persen tahun ini. "Kalau kami sangat optimis. Kami berupaya untuk bagaimana memfasilitasi itu bisa terjadi," kata Putu di Jakarta, Rabu (7/9/2022).
Optimisme tersebut, lanjut Putu, dipicu oleh kegiatan-kegiatan wisata dan masyarakat yang sudah mulai menggeliat."Misalnya wisata ke Bali sudah mulai macet. Hunian hotel sudah tinggi. Apalagi ada event G20. Maka itu, dibutuhkan industri makanan dan minuman. Bukan hanya pariwisata ya. Kita sudah mulai pulih dari pandemi menjadi endemi. Jadi, kegiatan ekonomi masyarakat yang demikian luas sudah mulai bergerak," ujar Putu.
Putu menyampaikan, meski terdampak pandemi Covid-19, industri makanan dan minuman masih menunjukkan ketahanannya dengan tumbuh 3,68 persen pada kuartal II tahun 2022, meningkat signifikan dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 sebesar 2,95 persen.
Pada periode yang sama, industri makanan dan minuman memberikan kontribusi sebesar 38,38 persen terhadap PDB industri non migas sehingga menjadi subsektor dengan kontribusi PDB terbesar di Indonesia. Pada Januari-Juni 2022, ekspor industri makanan dan minuman mencapai 21,3 miliar dolar AS, meningkat 9 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2021 sebesar 19,5 miliar dolar AS.
Di sisi lain, industri makanan dan minuman mampu menarik investasi sebesar Rp 21,9 triliun hingga kuartal II Tahun 2022 dan menyerap hingga 1,1 juta tenaga kerja.
Sementara itu, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S Lukman menyampaikan bahwa kendati industri makanan dan minuman tetap tumbuh saat dan setelah pandemi Covid-19, namun angkanya belum kembali normal.
"Biasanya industri makanan dan minuman tumbuh 7-10 persen. Namun, yang membahagiakan investasi di sektor ini tetap tumbuh," kata Adhi.
Bahkan, menurut Adhi, nilai investasi yang masuk di sektor makanan dan minuman dapat melebihi target yang dipatok. Biasanya, nilai investasi sektor makanan dan minuman mencapai Rp 65 triliun dalam setahun.
Tapi tahun ini, nilai investasi sektor tersebut pada semester I mencapai Rp 42 triliun. "Dan tentunya ini sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak. Khususnya dari industri bahan baku. Keberadaan bahan tambahan pangan sangat penting dalam inovasi dan perkembangan olahan makanan," ujar Adhi.