REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA-- Pemerintah meyakini pertumbuhan ekonomi sebesar 5,1 persen sampai 5,4 persen pada tahun ini. Hal ini menyusul kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga bahan minyak (BBM).
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan Indonesia akan baik-baik saja karena kegiatan ekonomi sedang bergerak signifikan di dalam negeri. Dengan kata lain, masyarakat akan tetap melakukan kegiatan ekonomi meski harga barang meningkat.
"Pertumbuhan ekonomi tidak akan tersentuh. Pertumbuhan ekonomi tetap 5,1 persen-5,4 persen (meski harga BBM naik). Pertumbuhan ekonomi tidak terpengaruh karena walaupun harga naik tapi kegiatan ekonomi lagi maju sekali, makanya ya orang tetap lakukan kegiatan ekonomi," ujarnya saat webinar kuliah umum FEB UI, Senin (12/9/2022).
Suahasil tak menampik harga barang akan melonjak setelah pemerintah mengerek harga BBM sejak Sabtu (3/9/2022) lalu. Hal itu akan membuat inflasi semakin tinggi pada September 2022.
Namun, dia optimistis inflasi akan mulai melandai pada Oktober 2022. Kemudian, inflasi November 2022 akan kembali ke kondisi normal.
"Iya betul inflasi naik September 2022, ini kami harapkan inflasi bulanan turun pada Oktober 2022, lalu November 2022 kembali ke pola normal bulanan," ucapnya.
Pemerintah telah menaikkan harga BBM subsidi jenis Pertalite dan Solar. Adapun jenis Pertalite naik dari sebelumnya Rp 7.650 per liter menjadi Rp 10.000 per liter, sedangkan Solar naik dari sebelumnya Rp 5.150 per liter menjadi 6.800 per liter.
Tak hanya BBM subsidi, pemerintah juga ikut menaikkan harga BBM nonsubsidi yakni Pertamax dari Rp 12.500 per liter menjadi Rp 14.500 per liter.