REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Sebagian masyarakat mempercayai menggunakan pakaian dan aksesoris berwarna gelap dapat mengganggu kesehatan kulit. Dokter spesialis kulit dan kelamin Universitas Airlangga (Unair), M Yulianto Listiawan menjelaskan, anggapan penggunaan pakaian dan aksesoris gelap dapat menyebabkan kelainan kulit hanyalah mitos belaka.
Pemilihan baju berwarna gelap, kata Yulianto, hanya menyebabkan kegerahan, tetapi tidak berkaitan dengan kelainan kulit. “Itu hanya mitos. Memang rasanya lebih panas jika menggunakan pakaian hitam. Tapi itu justru punya manfaat karena panasnya diserap, tidak diteruskan ke kulit,” ujarnya, Kamis (15/9/2022).
Ia menjelaskan, faktor utama penyebab kelainan pada kulit justru terletak pada paparan sinar matahari yang terus-menerus menyentuh kulit. Ia mengungkapkan, setiap pakaian dengan ragam warna memiliki respon berbeda terhadap sinar matahari. Khusus pakaian hitam atau gelap, lanjutnya, mampu menyerap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi panas tanpa meneruskannya ke kulit.
“Hitam tidak memantulkan apa-apa, malahan menyerap sepenuhnya sinar matahari. Hitam itu bagusnya apa? Artinya sinar matahari tidak diteruskan ke kulit kita, jadi dia justru melindungi kulit kita,” kata pria yang akrab disapa Wawan tersebut.
Terkait aksesoris, Wawan juga menanggapi terkait mitos penggunaan masker hitam yang disebut menyebabkan lebih banyak jerawat. Faktanya, pemilihan warna masker sama sekali tidak memengaruhi kemunculan jerawat di wajah.
“Masker menyebabkan jerawat itu memang ada, tapi tidak dipengaruhi warna. Ya kalaupun berkaitan dengan warna, itu lebih kepada kemampuannya menyerap sinar matahari tadi,” kata Wawan.
Wawan menjelaskan, kemunculan jerawat yang disebabkan pemakaian masker justru diakibatkan oleh tertutupnya wilayah kelenjar Sebaceous.
"Yang menyebabkan jerawat itu ya karena masker dipakai terus di wilayah yang kaya kelenjar Sebaceous penyebab jerawat. Sehingga, dia tidak bisa keluar dan menyebabkan kebuntuan. Akhirnya muncul jerawat,” ujarnya.