Jumat 16 Sep 2022 20:26 WIB

Raisi ke Presiden China: Iran tak akan Mundur Hadapi Intimidasi AS

Presiden Iran dan China bertemu di sela-sela KTT Shanghai Cooperation Organization.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Teguh Firmansyah
Presiden Iran Ebrahim Raisi.
Foto: AP/Sergei Savostyanov/Pool Sputnik Kremlin
Presiden Iran Ebrahim Raisi.

REPUBLIKA.CO.ID, SAMARKAND -- Presiden Iran Ebrahim Raisi melakukan pertemuan perdana dengan Presiden China Xi Jinping di sela-sela KTT Shanghai Cooperation Organization (SOC) yang digelar di Samarkand, Uzbekistan, Jumat (16/9).

Dalam pertemuan itu, Raisi mengucapkan terima kasih kepada Xi karena China mendukung upaya Iran mendapatkan keanggotaan penuh di SCO. Raisi juga menyerukan penguatan hubungan ekonomi dengan Negeri Tirai Bambu di bidang energi, pertanian, perdagangan, dan investasi.

Baca Juga

Selain itu, Raisi turut menyampaikan kepada Xi bahwa Iran tidak akan menyerah pada intimidasi Amerika Serikat (AS). “Republik Islam Iran tidak akan mundur dengan cara apa pun dalam menghadapi intimidasi AS,” ucapnya, menurut keterangan yang dirilis kantor kepresidenan Iran, dikutip laman Al Arabiya.

Saat ini Iran, lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman dan Uni Eropa sedang terlibat negosiasi untuk memulihkan kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). China, sebagai salah satu anggota tetap Dewan Keamanan, turut terlibat dalam proses tersebut. Namun hingga kini perundingan pemulihan JCPOA masih belum menemui titik terang alias mandek.

Dalam pidatonya di KTT SCO, Raisi mendorong organisasi tersebut mengadopsi solusi untuk menghadapi unilateralisme. “SCO perlu mengadopsi solusi baru dan langkah-langkah khusus untuk menangani unilateralisme serta sanksi kejam, termasuk membentuk perdagangan jangka panjang antara negara-negara anggota organisasi,” kata Raisi.

Pada Kamis (15/9) lalu, Iran telah menandatangani Memorandum of Obligations untuk menjadi anggota tetap SCO. "Dengan menandatangani dokumen keanggotaan penuh SCO, kini Iran telah memasuki babak baru berbagai kerja sama ekonomi, komersial, transit, dan energi," kata Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian lewat akun Instagram pribadinya.  

Wakil Sekretaris Jenderal SCO Grigory Logvinov mengungkapkan, saat ini Iran dapat mengambil bagian dalam pertemuan SCO. Kendati demikian, proses keanggotaan penuh Iran dalam organisasi tersebut akan memakan waktu.

SCO adalah badan kerja sama politik, ekonomi, dan keamanan yang dibentuk pada 2001. Selain Rusia dan China, negara lain yang turut menginisiasi berdirinya organisasi tersebut adalah Uzbekistan, Kazakhstan, Kyrgyzstan, dan Tajikistan. Pada 2018, India dan Pakistan turut bergabung dalam SCO. Tujuan dari langkah itu adalah memainkan peran lebih besar sebagai penyeimbang pengaruh Barat di kawasan tersebut.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement