Sabtu 17 Sep 2022 06:00 WIB

Anak dengan Frekuensi Screen Time Tinggi Berisiko Terkena Rabun Jauh

Frekuensi tinggi mengakses ponsel pada anak berisiko masalah mata jangka panjang.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Nora Azizah
Frekuensi tinggi mengakses ponsel pada anak berisiko masalah mata jangka panjang.
Foto: Pixabay
Frekuensi tinggi mengakses ponsel pada anak berisiko masalah mata jangka panjang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para ahli kesehatan mata memperingatkan bahaya jika anak memiliki jam layar berlebihan. Frekuensi tinggi mengakses gawai seperti ponsel atau tablet, dapat mengarah pada risiko masalah mata jangka panjang.

Sebuah survei di Inggris menunjukkan bahwa selama musim panas, sekitar satu dari tiga anak menghabiskan lima jam atau lebih mengakses gawai dalam sehari. Empat dari 10 orang tua sama sekali tidak menyadari bahaya kebiasaan itu.

Baca Juga

Jajak pendapat yang melibatkan 1.500 orang tua itu menemukan bahwa hanya 21 persen yang punya kekhawatiran soal jam layar berlebihan. Sebanyak 31 persen mengakui belum pernah mengajak anak melakukan pemeriksaan mata.

Ada 38 persen orang tua yang tidak mengetahui tanda atau gejala yang harus diwaspadai jika si kecil mengidap miopi atau rabun jauh. Sementara, 42 persen tidak menyadari kondisi tersebut tidak dapat disembuhkan.

Studi juga menemukan 13 persen orang tua yang tidak mengajak anak melakukan tes mata dikarenakan mengira sekolah akan mengaturnya. Satu dari 10 responden mengakui tidak pernah terpikir mengajak anak tes mata sama sekali.

Dari mereka yang tidak pernah membawa anaknya tes mata, sebanyak 35 persen orang tua mengatakan anak mereka menunjukkan setidaknya satu gejala kemungkinan masalah mata. Itu termasuk sulit mengikuti pelajaran di sekolah (13 persen), perlu duduk dekat ke papan tulis (13 persen), dan kerap mengalami sakit kepala (12 persen). Gejala lain yang dialami adalah mata tegang (12 persen), sulit membaca (10 persen), dan punya kebiasaan duduk terlalu dekat dengan televisi (tujuh persen).

Penelitian menemukan pula bahwa 18 persen orang tua tidak memantau atau membatasi waktu yang dihabiskan anak di depan layar. Sejumlah 42 persen orang tua mengatakan anak mereka menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan dengan mengakses gawai daripada bermain di luar.

Survei digagas oleh Global Myopia Awareness Coalition (GMAC) yang dijalankan oleh OnePoll. Studi tersebut mengungkap 41 persen orang tua yang sudah tahu bahaya jam layar berlebih berencana segera membawa anak mereka untuk tes mata.

Pendiri Global Myopia Awareness Coalition, Matt Oerding, mengimbau orang tua untuk mengurangi waktu layar anak, setidaknya pada akhir pekan. Mengalokasikan 76 menit ekstra untuk aktivitas fisik di luar rumah dalam sehari dapat mengurangi risiko miopi hingga 50 persen.

Oerding menyampaikan prediksi bahwa pada 2050, 50 persen populasi global diperkirakan bakal mengidap miopia. "Untuk mendukung masa depan kesehatan mata jangka panjang anak, kami ingin mendorong orang tua untuk mengajak anak-anak mereka mengambil bagian dalam kegiatan 'penghematan penglihatan'," ucap Oerding.

Dokter mata Keyur Patel yang bekerja sama dengan GMAC, menyampaikan bahwa kasus miopi pada anak memang terpantau meningkat, bahkan menjadi masalah kesehatan global. Pemeriksaan mata secara teratur dengan dokter mata menjadi penting untuk mengidentifikasi masalah apa pun.

Dia merekomendasikan anak melakukan pemeriksaan mata setiap tahun, sebab miopi bisa memburuk jika tidak mendapatkan pertolongan sejak dini. Kondisi itu tidak dapat disembuhkan dan dapat menjadi penghalang perkembangan diri anak.

"Akan membantu jika orang tua menyadari setiap perubahan dalam perilaku anak, seperti kesulitan melihat tulisan di papan tulis sekolah atau mengeluh mata lelah dan sakit kepala, karena itu adalah tanda-tanda potensial miopi," kata Patel, dikutip dari laman Daily Star, Sabtu (17/9/2022).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement