Krisis Tanpa Curhat
Red: Fernan Rahadi
Podcast (ilustrasi) | Foto: www.freepik.com.
Oleh : Erik Hadi Saputra*
REPUBLIKA.CO.ID, Pembaca yang kreatif, Kamis (15/9/2022) lalu saya berbagi inspirasi kepada guru SMK Al Falah Jakarta dalam workshop pembuatan karya pembelajaran berbasis podcast. Beberapa guru dibagi menjadi beberapa kategori, seperti interview podcast, solo podcast, dan multi host podcast.
Sebenarnya potensi itu sudah terlihat dari para guru ketika mereka sebagai narasumber atau host dalam acara podcast. Situasi ini terlihat biasa dikarenakan seringnya kita menonton podcast channel dari banyak tokoh, selebritis, dan inspirator di Indonesia.
Tanpa kita sadari kesenangan dalam menonton podcast yang ada membuat kita telah menyimpan gambaran bagaimana tampil dan berbicara di acara podcast. Salah satu tim podcast Smart Al Falah (sapaan untuk pendengar/penonton) berbicara mengenai 'Krisis Tanpa Curhat'.
Podcast dibawakan oleh Bu Dani (Waka Kurikulum), Bu Fitri (Ketua Program Otomatisasi dan Tata Kelola Perkantoran), Bu Baiq (Guru Bimbingan Konseling), dan Miss Suci (Guru Bahasa Inggris). Apakah yang dimaksud krisis tanpa curhat? Ini menceritakan keseharian generasi Z (GenZ) yang memiliki kesenangan dan tantangan dalam pembelajaran.
Tantangan ini bisa menjadi peluang namun juga bisa menjadi masalah untuk mereka. Menjadi peluang ketika mereka mengambil peran aktif dalam setiap aktivitas akademik dan non akademik. Dari mengikuti Lomba Kompetensi Siswa (LKS) sampai memenangkan kompetisi Mobile Legends (game online).
Momen kreatif ini menjadi bagian aktualisasi diri mereka. Menjadi masalah ketika mereka tidak care tentang diri mereka di dunia sosial. Seperti ketika mereka senang atau tidak menyukai sesuatu. GenZ dengan mudahnya berbagi kesenangan dan kemarahan itu di media sosial mereka.
Apa yang terjadi jika sudah demikian? Tentu tidak semua orang suka dengan status berlebihan. Sesuatu yang baik saat ini Youtube sudah tidak lagi menampilkan jumlah dislike. Youtube ingin seorang content creator fokus pada yang memberikan dukungan. Makanya hanya jumlah yang memberi like saja yang ditampilkan.
Pembaca yang kreatif, ketika memiliki masalah maka peran Guru Bimbingan Konseling adalah salah satu solusi bagi GenZ untuk bercerita tentang pribadi mereka. Daripada menanggung sendiri persoalan yang dihadapi dan itu membuat situasi semakin berat.
Maka lebih baik GenZ menyampaikan persoalan mereka dengan guru yang bisa dipercaya. Curhatan mereka akan lebih terarah. Yang memberikan coaching adalah orang yang sudah belajar bagaimana konseling itu dalam dunia pendidikan. Artinya jika mereka berani curhat kepada gurunya maka mereka tidak perlu mengalami krisis kepercayaan dengan persolaan yang dihadapi.
Mereka tidak perlu merasakan krisis kesehatan mental dikarenakan kata-kata yang negatif masuk dalam pikiran mereka. Berani mengungkapkan akan mengurangi beban yang dirasakan. Orang terkadang berpikir bahwa bertemu Guru BK adalah saat dimana mereka dipanggil ketika melakukan kesalahan atau tidak disiplin dalam kehadiran.
Padahal peran Guru BK lebih dari sekadar itu.Tempat berkonsultasi ketika mereka kebingungan memilih program studi untuk melanjutkan pendidikan. Bisa juga ketika mereka memiih bekerja atau bisnis. Dapat mengarahkan dan memberikan solusi serta inspirasi pada persoalan yang lain.
Yakinlah dengan curhat mereka akan menemukan inspirasi dalam penyelesaian persoalan. Mereka akan menemukan cara yang dewasa dalam menyikapi banyak hal.
Terjadinya krisis disebab kan enggannya mereka untuk curhat. Semua dipendam dan ingin diselesaikan sendiri namun belum menemukan caranya. Maka pembaca yang kreatif, bicarakanlah ketika Anda mempunyai masalah. Tembuslah batas krisis dalam diri yang menghambat kesuksesan Anda. Sehat dan teruslah terinspirasi.
*KAPRODI ILMU KOMUNIKASI DAN DIREKTUR KEHUMASAN DAN URUSAN INTERNASIONAL, UNIVERSITAS AMIKOM YOGYAKARTA