Mahasiswa UGM Kembangkan Snack Bar Anti-Stunting
Red: Yusuf Assidiq
Kampus UGM Yogyakarta. | Foto: Yusuf Assidiq
REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berupa biskuit salah satu program yang dicanangkan menangani kejadian stunting yang masih banyak ditemui. Namun, makanan tambahan ini biasanya menggunakan fortifikasi untuk menambah zat gizi.
Sayangnya, fortifikasi menggunakan bahan baku yang masih diimpor, sehingga menimbulkan persoalan biaya. Melihat persoalan ini, mahasiswa Universistas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengembangkan PMT terjangkau dan bahan yang mudah ditemui berupa Sprouted Snack Bar (SSB).
Yang mana, dapat memenuhi tiga zat gizi utama untuk mencegah stunting yaitu protein, zat besi, dan seng. SSB ini terbuat dari bahan utama seperti kacang merah berkecambah, beras merah berkecambah, kedelai berkecambah, dan pisang.
Dikembangkan lima mahasiswa. Ada Adiva Aphrodita, Matilda Jesseline Gabriela Giovanni dan A Najib Dhiaurahman (Biologi), Felisitas Mellania Ajeng Anggraeni (FK-KMK), dan Nur Afni Oktri Fiana (FTP), di bawah bimbingan Lisna Hidayati.
"Alasan dipilihnya produk snack bar karena cemilan ini disukai anak-anak dan memiliki masa simpan yang cukup lama," kata Adiva.
Ia menerangkan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2021 yang dilaksanakan Kementerian Kesehatan, prevalensi stunting pada 2021 sebesar 24,4 persen. Angka ini menurun 6,4 persen dari angka pada 2018 sebesar 30,8 persen.
Namun, masih tergolong tinggi dan berada di atas angka standar yang ditoleransi WHO, yaitu di bawah 20 persen. Bijian berkecambah sendiri memiliki kandungan protein dan mikronutrien yang lebih tinggi, jika dibandingkan biji yang utuh.
Sebab, proses perendaman dan perkecambahan dapat meningkatkan nutrien yang ada. Kedelai, beras merah, dan kacang merah yang telah berkecambah mengandung protein tinggi dan kadar fitat menurun yang mampu meningkatkan kadar zat besi dan seng.
Konsumsi pangan tinggi protein dapat meningkatkan sintesis albumin serum darah sehingga memicu pembentukan sel saat pertumbuhan dan menjaga organ hati sehat. Kemudian, Adiva menuturkan, zat besi membantu sintesis kolagen jaringan tulang.
"Sementara, seng membantu peningkatan panjang dan berat tulang femur," ujar Adiva.
Selain membandingkan kandungan produk antara bijian berkecambah dengan biji dorman, tim ini juga telah melakukan perbandingan dua metode pengolahan yaitu metode sangrai dan oven. Kemudian, mereka melakukan uji organoleptik produk.
Uji kepada anak-anak SD, uji nutrition facts dan uji in vivo. Menurut Adiva, inovasi SSB ini mampu menjadi alternatif jajanan bergizi untuk anak sekolah. Melalui ini, ia berharap, ada peningkatan kualitas makanan untuk anak-anak. "Sehingga, dapat menekan angka stunting di Indonesia," katanya.