DESTINASI -- Guru Besar Antropologi Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Prof Dr Irwan Abdullah, MA menyampaikan kuliah umum tentang peningkatan kualitas mutu pengelolaan pendidikan tinggi di Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh. Kegiatan tersebut berlangsung Aula Pascasarjana kampus setempat, Rabu (13/10/2022).
Prof Irwan dalam pengantar kuliah umumnya mengusik keberadaan para pendidik atau dosen terkadang tidak sadar bahwa kehadirannya pada suatu ruang menjadi fodansi perubahan. Sehingga ketidakhadirannya dalam ruang kuliah yang sudah ditunggu oleh mahasiswa menjadi hal yang biasa, padahal kehadiran dosen dalam ruang kuliah bagi mahasiswa akan memberi inspirasi, motivasi dalam menciptakan perubahan dalam diri dan lingkungannya.
“Ini juga yang menjadi fondasi perubahan untuk mewujudkan institusi pendidikan yang kokoh, berwibawa serta dapat memberi martabat warga (dunia) dalam menghadapi tantangan zaman,” ujar Prof Irwan.
Guru Besar Antropologi UGM itu mengenang beberap model perkuliahan dulu yang sudah sangat tidak relevan pada zaman sekarang. Misalnya, ada istilah mahasiswa tidak boleh lebih pintar dari dosen, atau dosen semalam lebih pintar dari pada mahasiswa.
Menurutnya, pola seperti itu menunjukkan ketidakikhlasan dan tidak totalitas pendidik dalam mencurahkan ilmu kepada anak didiknya. Kalau model paradigma seperti ini terus membudaya, maka institusi pendidikan nasional akan terus terbelakang.
“Di sisi lain, seharusnya pendidikan kita harus mampu mengkontekstulisasikan keilmuannya dengan wacana-wacana sesuai dengan kehidupan terkini dan globalisasi. Contoh dulu UIN Ar-Raniry terkenal dengan bahasa Inggrisnya. Kenapa terkenal maju? Karena saat itu UIN Ar-Raniry mampu mengkontekstualkan kebutuhan global khususnya dari segi bahasa yang menjadi kebutuhan global. Namun sekarang, hal ini sudah tidak seperti itu lagi, orang gak lagi bangga dengan bahasa Inggrisnya karena sudah menjadi hal biasa di kalangan anak didik. Sehingga perlu dilakukan kontekstualisasi pada hal-hal terbaru sesuai dengan perkembangan zaman,” kata Irwan.
Perekrutan mahasiswa
Prof Irwan Abdullah menjelaskan, saat ini persaingan institusi pendidikan semakin tinggi, penjaringan calon mahasiswa yang berkualitas pun sangat penting. Banyak calon mahasiswa berkualitas justru lebih memilih kuliah keluar Negeri, terlebih akses informasi dan aplikasinya sudah sangat mudah dilakukan.
Lebih lanjut Guru Besar UGM ini memberi contoh, salah satu perguruan tinggi di Singapura. Mereka mencari calon mahasiswa yang berkualitas dengan menghubungi langsung calon mahasiswa yang memiliki prestasi untuk kuliah di kampusnya dengan menawarkan beasiswa.
Untuk itu, Irwan berpendapat, bahwa pendidikan tinggi perlu upaya melepaskan diri pada finansial mahasiswa, sehingga perlu ada upaya menggalakkan scholarship - scholarship bagi mahasiswa dari siapa saja. “Dimulai dari diri kita sendiri semampu kita. Hal ini yang juga sudah saya praktikkan di kampus UGM dari pendapatan saya pribadi. Kita bisa mulai dari scholarship anak pinggiran, scholarship anak yatim, keluarga miskin dan lain sebagainya,” ujarnya.
Produk unggulan
Prof Irwan menyebutkan, bahwa daya saing perguruan tinggi yang semakin ketat. Perguruan tinggi harus menunjukkan produk unggulan. UIN Ar-Raniry perlu mengembangkan sebuah program studi yang menjadi produk unggulan dan sesuai dengan sejarah ataupun kondisi kedaerahannya.
“Sebagai contoh, UIN Ar-Raniry perlu buka Prodi Resolusi Konflik. Karena, konflik di Aceh berhasil menuju perundingan dan perdamaian sehingga orang lain khususnya daerah-daerah yang masih berkonflik akan belajar ke UIN Ar-Raniry dengan adanya produk unggulan tersebut,” kata dia.
Dalam paparanya, Prof Irwan juga menggambarkan terkait studi new media. “Hari ini kita perlu prodi-prodi baru yang bisa menjawab berbagai persoalan terkini. Misal, prodi mana yang bisa menjawab persoalan haji melalui metavers. Tata laksana haji dilaksanakan dalam ruang metavers. Berapa banyak konflik dalam keluarga bahkan terjadi perceraian karena media sosial,” kata dia.
“Kondisi mediasisasi menjadi personalisasi. Hari ini banyak ruang sosial hilang, tempat pengajian tergantikan dengan ruang media sosial dan media massa. Padahal emosi perlu dibangun sebagai pengikat hubungan. Namun sekarang hubungan emosi ini diganti dengan emoticon. Sehingga perlu dibangun metode-metode penelitian baru yang dapat mengkaji persoalan-persoalan sekarang ini. Dan di sini peluang perguruan tinggi untuk menghadirkan produk unggulnya,” ucap pria kelahiran Aceh Utara, 8 September 1963.
Di akhir materinya, Prof Irwan Abdulah merumuskan bahwa ada empat arah penataan pendidikan untuk terwujudnya institusi pendidikan yang kokoh dan berwibawa. Pertama mutu dan relevansi pendidikan, penelitian dan pengabdian; kedua adalah kapasitas institusi dalam pengembangan SDM; selanjutnya yang ketiga adalah infrastruktur pendidikan bertaraf internasional; serta poin terakhir adalah sistem rekrutmen dan penerimaan mahasiswa.
Sebelumnya, Rektor UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof Dr Mujiburrahman MAg dalam sambutannya menyebutkan bahwa tema peningkatan kualitas mutu pendidikan Ar-Raniry sudah pernah dibahasnya sejak dua tahun yang lalu bersama Prof Irwan di Yogyakarta. Kuliah umum ini menjadi tindak lanjut pembahasan tersebut dalam upaya mewujudkan kualitas mutu pendidikan UIN Ar-Raniry.
Rektor menambahkan, kuliah umum ini menjadi sangat penting bagi pengelola kampus untuk mendapatkan wawasan dalam pengembangan dan peningkatan mutu pengelola pendidikan tinggi di UIN Ar-Raniry. Sehingga kuliah umum ini harus diikuti oleh seluruh jajaran pimpinan.
“Kita berterima kasih atas kesediaan Prof Irwan yang telah menyempatkan waktu di tengah kesibukan dan padatnya jadwal aktivitas akademiknya. Kita harapkan bimbingan untuk memberi kita pemahaman yang sama dalam bekerja untuk menuju akreditasi AIPT Unggul UIN Ar-Raniry pada tahun 2024 mendatang,” ujar Prof Mujib.
Kuliah Umum tersebut dipandu langsung Direktur Pascarajana UIN Ar-Raniry, Prof Eka SrimulyaniPhD, berlangsung santai namun penuh inspirasi dan motivasi pengembangan kampus kedepan.