Antisipasi Bencana Alam, Khofifah Tekankan Lima Hal Ini
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa (ketiga kanan)meninjau perlengkapan penyelamatan saat Apel Kesiapsiagaan Penanggulangan Bencana Alam di Lapangan Kodam V Brawijaya, Surabaya, Kamis (20/10/2022). Apel gabungan tersebut guna menyiagakan para personel serta peralatan penunjang untuk menghadapi potensi bencana alam saat cuaca ekstrem di wilayah Jawa Timur. | Foto: ANTARA/Rizal Hanafi
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Provinsi Jawa Timur memiliki kondisi geografis, geologis, hidrologis, dan demografis yang berpotensi terjadinya bencana. Maka itu, Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa, menekankan lima hal dalam upaya mengantisipasi bencana akibat cuaca ekstrem.
Di antaranya rencana kontigensi; personel dan peralatan penanggulangan bencana; simulasi, gladi, serta latihan-latihan secara terpadu; penguatan koordinasi antarlembaga di tingkat kabupaten/kota; serta monitoring perkembangan cuaca secara intensif.
“Pemantauan kondisi alam dan aktivitas terhadap potensi bencana pada daerah-daerah yang memiliki risiko tinggi mohon dilakukan secara terus-menerus. Termasuk semua desa tangguh bencana juga harus siap siaga," kata Khofifah, Jumat (21/10/2022).
Lebih lanjut ia mengingatkan, rencana kontigensi perlu dipersiapkan kepala daerah sesuai dengan peta rawan bencana yang diterbitkan BMKG. Menurutnya ini penting agar kerugian yang ditimbulkan bisa diminimalisir.
Kepala daerah bersama Forkopimda juga dimintanya rutin mengecek kesiapan personel dan peralatan penanggulangan bencana alam. "Pastikan semua dalam kondisi siaga dan dapat digunakan dengan baik," ujar dia.
Gubernur juga mendorong dilaksanakannya simulasi, gladi, dan latihan-latihan secara terpadu, sehingga masing-masing sektor mengerti apa yang akan dilakukan pada saat terjadi bencana alam. Juga perlu penguatan koordinasi antarlembaga dalam satu klaster penanganan darurat agar penanggulangan bencana semakin profesional.
"Kemudian monitoring dan pemantauan perkembangan cuaca di wilayah masing-masing harus dilakukan secara terus-menerus," kata Khofifah.
Ke depan, tegasnya, tantangan terhadap pelaksanaan tugas dalam upaya penangulangan bencana akan semakin berat. Mengingat bencana yang terjadi saat ini secara intensitas dari tahun ketahun mengalami peningkatan.
“Oleh sebab itu kita harus mengubah paradigma penanggulangan bencana yang selama ini bersifat reaktif, responsif, beralih kepada penanggulangan bencana yang bersifat preventif yaitu dengan membuka ruang yang lebih luas terhadap kegiatan-kegiatan pengurangan risiko bencana,” ujarnya.
Ia lantas mengimbau kepada seluruh masyarakat Jatim untuk melakukan penataan lingkungan dengan baik. Yakni dengan tidak membuang sampah sembarangan, membersihkan saluran irigasi atau sungai-sungai, serta memangkas dahan dan ranting pohon yang rapuh.