Sabtu 29 Oct 2022 16:14 WIB

Seni Budaya Tradisional Harus Beradaptasi dengan Digital

Sebanyak 100 lengser milenial meriahkan Pentas Budaya Dewi Manggung.

Rep: IRWAN KELANA/ Red: Partner
.
Foto: network /IRWAN KELANA
.

Seratus penari lengser milenial memeriahkan Kolaborasi Budaya Jawara Satria di Desa Wisat Bukit Dewi Manggung, Subang, Jawa Barat, Sabtu (29/10/2022). (Foto-foto: Istimewa)
Seratus penari lengser milenial memeriahkan Kolaborasi Budaya Jawara Satria di Desa Wisat Bukit Dewi Manggung, Subang, Jawa Barat, Sabtu (29/10/2022). (Foto-foto: Istimewa)

Destinasi.republika.co.id -- Seratus penari lengser milenial memeriahkan Kolaborasi Budaya Jawara Satria di Desa Wisat Bukit Dewi Manggung, Subang, Jawa Barat.

Pagelaran kolosal seni lengser khas Jawa Barat yang diperankan 100 putra putri siswa sekolah mulai SD, madrasah, hingga SMA ini sebagai simbol regenerasi untuk melestarikan budaya lokal sebagai kekayaan budaya nasional.

"Transformasi budaya kepada generasi milenial ini dapat mengimbangi ancaman serbuan budaya asing yang semakin kuat," ungkap Asisten Staf Khusus Wakil Presiden RI, Guntur Subagja Mahardika yang hadir di Desa Wisata Bukit Dewi Manggung, Kecamatan Tanjungsiang, Sabtu (29/10/2022).

Lengser adalah tarian adat yang biasanya dipentaskan dalam penyambutan tamu agung. Lengser melibatkan seratus penari pasangan muda mudi bisa jadi gelaran lengser dengan penari terbanyak di Nusantara.

Kolaborasi Budaya Jawara Satria mementaskan tarian lengger Banyumas dan tari ronggeng Subang sebagai warisan budaya yang terdaftar UNESCO. Sejumlah tarian lainnya juga ditampilkan.

Hadir di acara tersebut Camat Tanjungsiang Subang Vino Subriadi, Kepala Desa Gerduren Kematan Purwojati Banyumas Bambang Suharsono, pengelola Bukit Dewi Manggung Yusuf Iyok dan Nimung Sukmamurti, CEO Mitra Mikro Social Investment Andi Sapran, perwakilan Dinas Pariwisata Subang, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Subang, serta para guru dari Tanjungsiang dan Banyumas yang membina seni budaya kedua daerah tersebut.

Transformasi budaya kepada generasi milenial dapat mengimbangi ancaman serbuan budaya asing yang semakin kuat.
Transformasi budaya kepada generasi milenial dapat mengimbangi ancaman serbuan budaya asing yang semakin kuat.

Guntur mengingatkan budaya bukan hanya kesenian, tapi berbagai aspek kehidupan masyarakat meliputi sosial, ekonomi, dan nasionalisme atau kebangsaan. "Lengser milenial sebagai simbol bahwa generasi muda beradaptasi dengan perkembangan jaman tanpa menghilangkan akar budaya yang menjadi kearifan lokal,"papar Guntur yang juga pembina Insan Pariwisata Indonesia (IPI).

Salah satu adaptasi dalam transformasi budaya adalah mengemas seni budaya lokal melalui digital dan mengoptimalkan media sosial. "Seni budaya dan kearifan lokal kita lestarikan dan videokan lanjut viralkan," jelasnya.

Asisten Staf Khusus Wapres bidang ekonomi dan keuangan ini mengingatkan bonus demografi Indonesia yang penuh tantangan. Saat ini penduduk milenial dan generasi alpha mencapai 65 persen dari 270 juta penduduk Nusantara. Sedangkan penduduk usia produktif termasuk generasi X dan Y sekitar 85 persen. "Bonus demografi ini harus diimbangi lapangan kerja, kalo tidak mencetak lapangan kerja baru akan meningkatkan pengangguran," kata Guntur.

Pengembangan desa wisata dapat menjadi solusi untuk melahirkan lapangan kerja baru. Dari desa wisata banyak melahirkan ekonomi kreatif baru. "Pariwisata adalah gerbang ekonomi kerakyatan yang menumbuhkan UMKM dan ekonomi kreatif lainnya," ujar Guntur yang juga menjabat ketua Center for Strategic Policy Studies (CSPS) Sekolah Kajian Statejik dam Global (SKSG) Universitas Indonesia.

Kebijakan pemerintah menggelontorkan dana desa puluhan triliun rupiah, kata Guntur, harus dimanfaatkan pada sektor yang dapat menciptakan lapangan kerja dan menyerap tenaga kerja lokal.

Tentu tidak cukup hanya peran pemerintah. Partisipasi masyarakat dan swasta harus didukung. "Desa wisata Bukit Dewi Manggung salah satu contoh destinasi yang dibangun swadaya komunitas yang harus didukung pemerintah daerah setempat," papar Guntur.

Bupati Subang H Ruhimat memgapresiasi kolaborasi budaya yang diiniasi masyarakat dua Kabupaten, Subang dan Banyumas. "Budaya sebagai identitas dan jatidiri bangsa harus kita lestarikan dengan berbagai cara dan ini merupakan tanggung jawab kita, khususnya kaum generasi muda," kata bupati Subang dalam sambutan tertulis yang dibacakan Camat Tanjungsiang Vino Subriadi.

Kegiatan gebyar kolaborasi dua budaya, kata Bupati Subang, sangatlah tepat di tengah-tengah arus budaya asing yang hampir mengerus budaya nasional.

Kepala Desa Gerduren Bambang Suharsono, memyampaikan apresiasi masyarakat Gerduren yang bisa berkolaborasi dengan masyarakat Subang dalam Kolaborasi Budaya Jawara Satria.

"Kami menggunakan dana Desa untuk membina seni tradisional lengger yang khas Banyumas,"jelasnya.

Kolaborasi ini dimulai dua bulan lalu di Gerduren, dilanjutkan digelar di Subang, dan puncaknya direncanakan 10 November 2022 di Gerduren, Banyumas.

Pengelola Desa Wisata Bukit Dewi Manggung Yusuf Iyok mengungkapkan pihaknya bersama komunitas melestarikan budaya ronggeng dan seni Sunda lainnya agar tidak punah. "Kami bekerjasama dengan sekolah dan guru-guru. Alhamdulillah banyak siswa yg berminat menari,"kata Yusuf.

Kolaborasi budaya Subang dengan Banyumas ini dapat menjadi contoh dan diikuti daerah lain memjadi kolaborasi budaya Nusantara.*

sumber : https://destinasi.republika.co.id/posts/186040/seni-budaya-tradisional-harus-beradaptasi-dengan-digital
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement