Destinasi.republika.co.id-- Setelah diminta beberapa kaum ibu di sekitar taman bacaan dan bertepatan hari ulang tahun kelima, TBM (Taman Bacaan Masyarakat) Lentera Pustaka membuka kelas “Gerakan BERantas BUta aksaRA Al Quran (GEBERBURA-AL Quran)” di Bogor, Sabtu (5/11/2022). Targetnya, ibu-ibu warga belajar bisa membaca dan memahami Alquran. Metode pengajaran pun menggunakan Iqra dan Juz Amma.
Sebagai pendiri TBM Lentera Pustaka, Syarifudin Yunus, bertindak sebagai pengajar. Selain dibuka dibuka setiap malam Ahad, kelas buat aksara Al Quran TBM Lentera Pustaka ini pun mengundang relawan yang mau membantu mengajar. Kelas berantas buta aksara Alquran ini jadi program ke-15 yang dikelola TBM Lentera Pustaka.
Kenapa berantas buta aksara Al Quran? Data menyebut, masih ada 65 persen Muslim di Indonesia buta Alquran. Untuk ukuran negara yang mayoritas muslim, tentu angka itu sangat tinggi. (https://www.republika.co.id/berita/qe5zrh483/menag-masih-ada-65-persen-muslim-indonesia-buta-alquran).
“Jadi, melek Alquran itu penting. Karena ia berbading lurus dengan pemahaman dan manfaatnya. Tidak ada manfaat bagi yang tidak memahaminya. Karena itu, kelas berantas buta aksara Alquran ini menjadi ikhtiar untuk menjadikan kaum ibu agar mengenal huruf-huruf Alquran dan bisa membacanya,” kata Syarifudin Yunus, pendiri TBM Lentera Pustaka saat mengajar buta aksara Alquran, Sabtu (5/11/2022) malam.
Atas tanggung jawab sosial itu pula, TBM Lentera Pustaka mengambil peran untuk memberantas buta aksara Alquran. Selagi bisa selagi mampu. Asal mau ikhtiar, dalam waktu yang tidak terlampau lama, insya Allah kaum ibu yang jadi warga belajar bisa melek Alquran. Memang, membebaskan kaum buta aksara Al Quran sama sekali tidak bisa diukur dari materi apalagi uang. Ini soal waktu dan kemauan saja.
“TBM Lentera Pustaka membuka kelas berantas buta aksara Alquran atas perminataan kaun ibu yang selama ini tidak bisa membaca apalagi menulis Alquran. Maka taman bacaan memulainya, agar mereka melek huruf kitab sucinya. Kami ikhtiar semampunya. Karena ini urusan “nanti” bukan urusan “sekarang”, tidak bisa diukur dengan materi,” ujar Syarifudin.
Belajar baca dan tulis Alquran, adalah kewajiban umat. Selain menjadi ladang amal, sekaligus untuk meningkatkan kualitas ibadah umat.
Ibarat “siapapun yang mau mengambil buah di atas pohon, tentu harus memanjatnya”. “Begitu pula agama dan kitab suci, siapapun yang mau menggapainya harus tahu caranya, paham apa yang harus dilakukan? Man jadda wa jada (siapa yang sungguh-sungguh, pasti bisa). Salam literasi,” kata Syarif, panggilan karib Syarifudin Yunus.