REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pneumonia merupakan infeksi yang menyerang paru-paru dan menyebabkan peradangan pada kantong-kantong udara atau alveoli. Sekilas, pneumonia memunculkan gejala yang mirip seperti flu sehingga sulit dibedakan oleh orang awam.
"Memang ini membuat masyarakat suka bingung," jelas spesialis pulmonologi dari Siloam Hospitals Lippo Village, dr Allen Widysanto SpP dalam FreeToBreath Media Meet Up bersama Pfizer Indonesia, Jumat (11/10).
Meski memiliki gejala yang mirip, pneumonia dan flu merupakan dua penyakit berbeda. Menurut dr Allen, flu lebih menyerang saluran napas atas. Selain itu, pada kasus flu, gejala yang lebih menonjol adalah gejala-gejala sistemiknya, seperti demam, badan pegal, lemas, lesu, atau letih.
"Tapi keluhan respirasinya biasanya tidak terlalu berat, paling pilek-pilek atau batuk-batuk sedikti, namun tipe batuknya biasanya kering," ujar dr Allen.
Berbeda dengan flu, pneumonia menyerang saluran napas bawah. Gejala yang lebih menonjol merupakan gejala-gejala respirasi. Beberapa gejala pneumonia adalah batuk berdahak, nyeri dada ketika batuk atau bernapas, sesak napas, lesu, letih, tidak mau makan, serta tampak tarikan atau cekungan pada dada bagian bawah saat bernapas.
Pada pneumonia, gejala demam juga bisa terjadi. Akan tetapi, tinggi atau tidaknya demam akan sangat bergantung pada penyebab pneumonia. Sebagai contoh, pneumonia yang disebabkan virus bisa memicu demam tinggi namun bila pneumonia disebabkan oleh bakteri maka demam yang muncul biasanya tak begitu tinggi.
"Viskositas dahak kental dan biasanya ada perubahan warna karena ada suatu mikroorganisme yang menginvasi, perubahan warnanya menjadi kuning atau hijau," lanjut dr Allen.
Mengenal Pneumonia
Pneumonia merupakan satu-satunya pembunuh menular terbesar pada orang dewasa dan anak-anak. Pneumonia menyebabkan 2,5 juta kematian pada 2019, dengan 672.000 di antaranya merupakan anak-anak.
Berdasarkan data Riskesdas 2018, prevalensi pneumonia berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan adalah 2 persen. Angka tersebut mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan prevalensi pneumonia pada 2013 yaitu 1,6 persen.
"Semua orang bisa terjangkit pneumonia, dan risiko pneumonia semakin meningkat bagi anak di bawah 2 tahun dan lansia di atas 65 tahun," tukas Presiden Direktur Pfizer Indonesia Nora T Siagian.
Berkaitan dengan hal ini, penting bagi masyarakat untuk memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai pneumonia, seperti memahami faktor risiko dan gejalanya. Selain itu, penting juga untuk melakukan beberapa upaya pencegahan seperti menerapkan kebiasaan mencuci tangan dengan air dan sabun, menerapkan etika batuk dan bersin yang baik, menjaga kebersihan, menerapkan pola hidup sehat, dan juga melakukan imunisasi pneumonia atau Pneumococcal Conjugate Vaccines (PCV).