Selasa 22 Nov 2022 13:41 WIB

Misi Luar Angkasa Baru Pelajari Aktivitas Bintang Dekat Matahari

Aktivitas bintang memengaruhi kelayakhunian planet di orbitnya.

Rep: Noer Qomariah Kusumawardhani/ Red: Dwi Murdaningsih
Ilustrasi bintang hijau.
Foto: soho/esa/nasa
Ilustrasi bintang hijau.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebuah misi luar angkasa swasta akan mempelajari bagaimana semburan matahari yang dihasilkan oleh bintang-bintang terdekat dapat memengaruhi kelayakhunian eksoplanet di orbitnya. Dilansir dari Space, misi tersebut, yang disebut Mauve, akan diluncurkan pada 2024 oleh perusahaan swasta Blue Sky Space.

Perusahaan ini juga mengembangkan satelit pengamat eksoplanet komersial bernama Twinkle. Mauve akan membawa spektrometer ultraviolet dan teleskop berukuran enam inci (15 cm) untuk mengamati aktivitas bintang yang dekat dengan matahari.

Baca Juga

Bintang seperti matahari biasanya mengeluarkan sejumlah besar partikel berenergi dalam bentuk lontaran massa korona.  Fenomena ini mempengaruhi lingkungan di sekitar bintang-bintang, menghantam planet-planet terdekat dengan angin matahari yang kuat yang dapat menggerogoti atmosfer planet dan mensterilkan permukaannya.

Para astronom akan menggunakan Mauve untuk lebih memahami bagaimana aktivitas bintang memengaruhi kelayakhunian planet di orbitnya.

“Mauve akan menjadi transformasional dalam membantu kita memahami perilaku flaring dari populasi bintang terdekat, yang sebagian besar bahkan lebih aktif daripada matahari kita,” Giovanna Tinetti, seorang astrofisika di University College London.

“Dengan memantau bintang lain yang menampung planet, kita juga akan lebih memahami perilaku bintang kita sendiri, matahari, dan potensi dampaknya terhadap Bumi.”

Pembangunan satelit, yang dijadwalkan diluncurkan pada 2024, akan dimulai pada November. Pesawat ruang angkasa dan instrumennya akan dibangun dalam kemitraan dengan produsen Hungaria C3S LLC dan ISISPACE Group di Belanda.

“Mauve akan membuka peluang baru untuk penelitian astronomi dan planet dan menghasilkan akses yang lebih besar ke data bintang (ultraviolet) yang saat ini sangat jarang,” astronom Italia Giuseppina Micela dari INAF Observatory of Palermo.

 

Advertisement
Berita Terkait
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement