REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Industri penerbangan diprediksi kembali meraup untung pada 2023, setelah terpukul akibat pandemi Covid-19. Asosiasi Transportasi Udara Internasional (IATA) pada Selasa (6/12/2022) mengatakan, snapback dalam perjalanan udara berlanjut setelah hampir dua tahun pembatasan Covid-19.
Maskapai penerbangan kehilangan puluhan miliar dolar pada 2020 dan 2021 karena pandemi. Tetapi sebagian perjalanan udara telah pulih dan beberapa bandara kesulitan untuk mengatasinya.
Asosiasi Transportasi Udara Internasional mengharapkan laba bersih sebesar 4,7 miliar dolar AS untuk industri penerbangan pada 2023, dengan lebih dari 4 miliar penumpang akan terbang. Sementara pada 2022, IATA mempersempit perkiraan kerugian industri menjadi 6,9 miliar dolar AS dari 9,7 miliar dolar AS.
“Itu adalah pencapaian yang luar biasa mengingat skala kerusakan finansial dan ekonomi yang disebabkan oleh pembatasan pandemi yang diberlakukan pemerintah,” kata Direktur Jenderal IATA Willie Walsh, mengomentari proyeksi pengembalian laba pada 2023.
Walsh memperingatkan, banyak maskapai akan terus berjuang tahun depan. Karena peraturan, biaya tinggi, dan kebijakan pemerintah yang tidak konsisten. “Maskapai penerbangan harus tetap waspada terhadap setiap kenaikan pajak atau biaya infrastruktur,” kata Walsh.
IATA mengatakan, perkiraan bahwa maskapai penerbangan akan kembali raup untung, didasarkan pada kebijakan China yang melakukan pembukaan lalu lintas internasional secara bertahap, dan pelonggaran pembatasan domestik nol-COVID-19. Menuru Walsh, jika itu tidak terjadi, profitabilitas maskapai penerbangan akan terpengaruh.
"Risiko lain untuk prospek 2023 adalah beberapa ekonomi jatuh ke dalam resesi," kata Walsh.