REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) melancarkan empat strategi dalam memulihkan industri mebel dan kerajinan dari dampak pandemi Covid-19. "Pertama, maksimalisasi pameran International Furniture Exhibition (IFEX) pada Maret 2023. Kedua, penetrasi pasar ke negara- negara emerging market dan penambahan saluran pemasaran," kata Ketua Presidium HIMKI Abdul Sobur lewat keterangannya di Jakarta, Sabtu (10/12/2022).
Strategi ketiga, lanjut Sobur, yakni menggarap pasar domestik secara intensif. Terakhir, melakukan pendekatan ke kementerian-kementerian dan lembaga pemerintah dalam rangka pemulihan dan mengurangi hambatan-hambatan.
Hal tersebut disampaikan Sobur saat Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) HIMKI di Bandung, Jawa Barat. Langkah tersebut dinilai sangat penting mengingat masih belum pulihnya dampak pandemi Covid-19 dan invasi Rusia ke Ukraina, yang membuat hampir semua sektor industri mengalami pelemahan pertumbuhan.
Sobur memaparkan pertumbuhan global diperkirakan melambat dari 6,0 persen pada 2021 menjadi 3,2 persen pada 2022 dan sebesar 2,7 persen pada 2023. Inflasi global diperkirakan akan meningkat dari 4,7 persen pada tahun 2021 menjadi 8,8 persen pada tahun 2022 tetapi menurun menjadi 6,5 persen pada tahun 2023 dan menjadi 4,1 persen pada tahun 2024.
Di saat luka akibat pandemi belum sepenuhnya pulih, saat ini risiko ekonomi bergeser ke gejolak ekonomi global yang disebabkan oleh peningkatan inflasi global akibat gangguan suplai karena pandemi dan perang Rusia-Ukraina.
Peristiwa tersebut berpengaruh negatif terhadap pemintaan produk mebel dan kerajinan terutama di pasar tradisional, misalnya Amerika Serikat, Eropa, dan di sebagian negara maju lainnya. "Melemahnya kondisi ekonomi, inflasi tinggi dan angka pengangguran yang meningkat di waktu yang bersamaan dalam periode tertentu yang menandakan stagflasi ekonomi sedang terjadi," ujar Sobur.
Di saat yang bersamaan, orientasi belanja kebutuhan masyarakat dunia juga berubah lebih ke arah kebutuhan esensial atau kebutuhan pokok dengan mengurangi belanja terhadap produk sekunder dan tersier seperti kebutuhan peralatan rumah tangga termasuk mebel dan kerajinan.
"Situasi ini menyebabkan market shock di industri mebel dan kerajinan yang ujung-ujungnya terjadi penundaan bahkan pembatalan order oleh buyer terutama dari Amerika dan Eropa," ujar Sobur.
Sobur melaporkan industri mebel dan kerajinan merupakan industri yang paling terdampak akibat dua hal di atas. Ekspor mebel dan kerajinan nasional pada 2022 diperkirakan mengalami penurunan sebesar minus 3,7 persen dari 2021, menjadi sekitar 3,38 miliar dolar AS.
Untuk itu, HIMKI bersama Kementerian Perindustrian maupun Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk membuka pasar-pasar baru di antaranya di India dan Timur Tengah yang memiliki potensi sangat besar untuk produk mebel dan kerajinan nasional.