Atlet Esports Dinilai Perlu Pembinaan Sejak Dini
Red: Fernan Rahadi
Public Relations & Communications Manager Moonton Indonesia Azwin Nugraha (kiri) dan Direktur Kemahasiswaan UGM, Sindung Tjahyadi, memotong tumpeng nasi pada acara penandatanganan MoU antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Moonton Indonesia melalui program Moonton Cares Membina Sang Legenda di Auditorium MM UGM, Kamis (22/12/2022). | Foto: Republika/Fernan Rahadi
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Olahraga Esports saat ini sedang banyak digandrungi para kawula muda Indonesia, terutama sejak pandemi Covid-19 melanda dunia. Meskipun tengah populer, olahraga ini masih menyisakan pekerjaan rumah yang belum terselesaikan, salah satunya adalah soal pembinaan.
"Harus diakui generasi Esports Indonesia saat ini sangat toxic. Oleh karena itu perlu dilakukan pembinaan sejak dini untuk bekal mereka," kata Kepala Akademi Esports Garudaku, Robertus Aditya Pratomo Putro, dalam acara penandatanganan MoU antara Universitas Gadjah Mada (UGM) dengan Moonton Indonesia melalui program Moonton Cares 'Membina Sang Legenda' di Auditorium MM UGM, Kamis (22/12/2022).
Robertus memaparkan, para pemain Esports di Indonesia rata-rata berijazah SMP. Kebanyakan dari mereka juga pensiun bermain Esports pada usia 25 tahun. "Padahal usia tersebut di dunia nyata adalah usia yang produktif," kata Robertus.
Public Relations & Communications Manager Moonton Indonesia Azwin Nugraha membenarkan bahwa olahraga ini masih memiliki pekerjaan rumah besar. Para pemain Esports, kata dia, meskipun masih usia belia telah menjadi role model di kalangan anak-anak muda.
"Meskipun demikian banyak dari pemain-pemain tersebut yang kesulitan berkomunikasi, malas bersekolah, dan hal-hal negatif lainnya. Padahal Esports ini sangat berkaitan dengan pendidikan," kata Azwin.
Moonton, kata Azwin, ingin membina para pemain Esports agar tidak hanya jadi 'legenda' di bidang olahraga tersebut, namun juga memiliki prestasi dalam bidang akademik. "Oleh karena itu kami berinisiatif memberikan beasiswa bagi para mahasiswa untuk memperlancar studi mereka di kampus UGM ini," katanya.
Beasiswa ini diinisiasi oleh Moonton Games melalui program Moonton Cares "Membina Sang Legenda". Selain kepada para mahasiswa UGM, beasiswa juga telah diberikan kepada mahasiswa-mahasiswi di Universitas Padjadjaran (Unpad) dan Universitas Teknologi Yogyakarta (UTY).
"Mahasiswa yang terpilih sudah melewati beberapa tahapan selama empat bulan mulai dari registrasi, wawancara, hingga pengumuman penerimaan beasiswa. Kami sangat termotivasi mendukung kebutuhan pendidikan yang diperlukan bagi mahasiswa di Indonesia agar mereka dapat berprestasi secara akademis dan menjadi kontributor yang produktif bagi masyarakat melalui game dan Esports," ujar Azwin.
Mahasiswa yang mengikuti program beasiswa ini juga dipatok beberapa persyaratan semisal jurusan yang diambil relevan dengan industriEsports atau game seperti desain grafis, bisnis, pemasaran, pengembangan gim, teknologi informasi; memiliki IPK minimal 3,2 pada semester akhir, aktif dalam kegiatan organsasi baik di dalam maupun di luar kampus, serta memiliki prestasi akademik.
"Kami berharap dapat terus konsisten dalam mendukung ekosistem Esports di Indonesia dan juga konsiten dalam berkontribusi bagi kelangsungan pendidikan. Ke depannya, kami juga membuka internship bagi mahasiswa yang sudah terpilih sehingga tidak membatasi bahwa esports harus menjadi atlet. Ada banyak kesempatan lapangan kerja seperti desain grafis, manajer komunitas, public relations, pengembangan bisnis, dan pemasaran," kata Azwin.
Direktur Kemahasiswaan UGM, Sindung Tjahyadi, pun mengucapkan terima kasih kepada Moonton atas kepedulian memberikan beasiswa untuk para mahasiswa UGM.
"Tahun 2019-2020 sebenarnya sudah berdiri Esports di UGM tapi masih sebatas komunitas. Ke depan kami akan dorong Esports menjadi Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM). Kami harapkan juga ada supporting sistem dari pemerintah untuk kurikulumnya. Sekali lagi saya ucapkan selamat untuk adik-adik penerima bea siswa, manfaatkan bea siswa dari Moonton ini secara optimal," kata Sindung.
Salah satu mahasiswa penerima beasiswa Moonton, Hasna Hanasari, mengaku senang sekaligus bangga. "Terima kasih kepada Moonton atas kesempatan beasiswa yang diberikan kepada saya dan teman-teman dan terima kasih juga juga kepada UGM. Moonton merupakan korporasi Esports besar di dunia. Harapan ke depan semoga saya bisa berkarier di industri Esports dan games di Indonesia dan Internasional," ujar Hasna.
Sebelumnya, Moonton Games berkolaborasi bersama Akademi Garudaku berusaha mengurangi kesenjangan akses digital di pedesaan, untuk memungkinkan lebih banyak orang menikmati kenyamanan dan informasi dengan ekonomi digital, serta membuka peluang bagi atlet-atlet Esports muda melalui program Moonton Cares. Ada ratusan siswa dari tujuh sekolah di Jawa Timur yang difasilitasi program pembinaan esports akademi yang di dalamnya mencakup berbagai program untuk pembekalan para siswa-siswa yang mempunyai minat terjun ke industri esports. Langkah awal yang dilakukan adalah memberikan donasi ke sekolah-sekolah di Jawa Timur.
Sejak 2018, Moonton Games telah melahirkan ratusan atlet Esports yang telah berkompetisi di level profesional Mobile Legends: Bang Bang Professional League (MPL) Indonesia dan juga Mobile Legends: Bang Bang Development League Indonesia.
Ratusan pemain profesional Esports ini tak hanya menjadi tulang punggung keluarga, mereka juga membawa harum nama tim dan juga Indonesia di kancah dunia. Sebagai catatan, Indonesia pernah membawa pulang medali perak di SEA Games 2019 di Filipina dan SEA Games 2020 di Vietnam. Tim Mobile Legends asal Indonesia, EVOS Esports juga sempat menjadi predikat tim MLBB terbaik di dunia setelah menjuarai Kejuaraan Dunia Mobile Legends yang diselenggarakan di Malaysia tiga tahun silam.
Pada awal 2023, dua tim Mobile Legends terbaik asal Indonesia juga akan berkompetisi untuk menjadi tim terbaik di dunia dalam ajang M4 World Championship pada 1-15 Januari mendatang. Dua tim tersebut, RRQ Hoshi dan ONIC Esports, adalah grand finalis MPL Indonesia Season 10.