REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Untuk menjaga kecantikan kulit wajah, perawatan tentu dibutuhkan. Salah satunya dengan menggunakan produk skincare yang cocok untuk jenis kulit Anda. Bagaimana sih tren skincare tahun 2023 mendatang?
Owner Farra Beauty, Nor Farahiyah binti Kamal Bharin, menjelaskan tren skincare tahun 2023 akan didominasi oleh skincare berbahan alami seperti buah-buahan. Buah-buahan yang bisa dipakai untuk skincare adalah pepaya, nanas, apel merah, apel hijau dan jenis buah lainnya.
"Tren 2023, orang lebih suka produk natural. Sehat walaupun agak lama dampaknya," ujar perempuan yang akrab disapa KF itu, belum lama ini dalam acara soft launching produk Farra Beauty di Jakarta.
Menurutnya, buah memiliki banyak manfaat untuk kulit. Nanas misalnya, buah ini mengandung enzim bromelain yang bagus untuk kulit. Nanas bisa dimasukkan dalam produk pelembab. "Nanas ini bermanfaat untuk mengecilkan pori-pori," ungkapnya.
Sementara pepaya bisa membuat kulit kencang. Pepaya ini bisa dimasukkan dalam produk cleanser. Selain itu, skincare berbahan buah-buahan bisa mengatasi masalah kulit jerawat juga flek.
"Skincare yang ada saat ini banyak menggunakan merkuri. Produk ini bisa membuat kulit wajah cantik dengan cepat, namun bisa merusak kulit bila untuk kulit bila digunakan dalam jangka panjang. Sedangkan buah-buahan ini bisa membuat cantik namun aman digunakan, meski membutuhkan waktu cukup lama," paparnya.
Di Indonesia, lanjutnya, pecinta kosmetik berbahan natural jumlahnya cukup banyak. Sebab konsumen membutuhkan produk sehat dan alami. Disamping itu, di Indonesia memang tidak boleh dan konsumennya pun tidak mau menggunakan skincare dengan bahan dasar yang terlarang.
Menurut KF, baik di Indonesia maupun Malaysia tempat produk Farra Beauty dibuat, skincare berbahan buah-buahan masih jarang dibuat. Masih banyak produsen yang fokus pada bahan sarang burung walet atau ceramide. Sehingga, ia yakin potensi pasar skincare berbahan dasar buah-buahan masih besar.
Farra Beauty merupakan produk Malaysia yang sudah hadir sejak tahun 2008. Mulai masuk Indonesia tahun 2019. Namun saat itu pandemi, sehingga baru dikembangkan lagi tahun 2022 dan 2023.