Taman Safari Gandeng Greenprosa, Urai Sampah Lebih Ramah Lingkungan dengan Maggot
Rep: Idealisa Masyrafina/ Red: Muhammad Fakhruddin
Pihak Taman Safari Indonesia dan PT Greenprosa usai penandatanganan MoU dalam budi daya maggot untuk pengelolaan sampah di Taman Safari Bogor. | Foto: Dok. Taman Safari Indonesia
REPUBLIKA.CO.ID,BANYUMAS -- Penggunaan maggot (larva lalat Black Soldier Fly) dalam daur ulang sampah organik mulai dilirik oleh Taman Safari Indonesia (TSI) untuk mengurai sampah di lokasi kebun binatang tersebut. Tidak hanya menjadi solusi untuk mengurangi sampah, budi daya maggot juga dikenal menghasilkan nilai ekonomi yang tinggi.
Melalui perusahaan limbah dan bioteknologi asal Banyumas, PT Greenprosa Adikara Nusa (Greenprosa), fasilitas penguraian sampah menggunakan maggot tengah dibangun di Taman Safari Indonesia.
Menurut CEO Greenprosa, Arky Gilang Wahab, nantinya sampah-sampah yang ada di TSI, mulai dari kotoran hewan hingga sampah yang ditampung di Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST) di TSI akan diurai dan menjadi pakan budi daya maggot.
"Kerjasama ini baru dimulai pada November, dan sekarang sedang kami bangun fasilitasnya. Diperkirakan bisa dimulai pada Maret 2023," ujar Arky kepada Republika, Senin (26/12/2022).
Arky menjelaskan, nantinya terdapat dua produk dari program daur ulang sampah di TSI yakni maggot yang bisa dijadikan pakan ternak dan pupuk organik hasil penguraian maggot. Produk akhir dari pengolahan sampah organik ini antara lain maggot basah atau hidup, maggot kering, dan pupuk organik yang biasa disebut kasgot (bekas maggot). Kapasitas yang ditargetkan yakni 1 ton maggot per hari.
"Setelah Bogor, insyaallah taman safari yang lainnya akan secara bertahap dilaksanakan," ujar Arky.
General Manager Taman Safari Indonesia (TSI) Emeraldo Parengkuan mengatakan, sampah yang didaur ulang tidak hanya dari satwa, tetapi juga dari pengunjung di TSI Bogor. Selama ini TSI menghasilkan sekitar 6 ton sampah sehari, dengan sebanyak 2 ton sampah pengunjung tergantung keramaian.
"Pengelolaan sampah di TSI selama ini untuk organik bekerjasama dengan pihak swasta yang melakukan pengumpulan sampah, sementara untuk kotoran satwa kami kelola sendiri dijadikan pupuk," ujar Emeraldo kepada Republika.
Meski telah mengolah sampah organik menjadi pupuk, pihak TSI berkeinginan untuk mengelola sampah dengan lebih baik, seiring dengan tujuan ke depan TSI menuju ramah lingkungan dan zero waste. Inilah awal mula gagasan bekerjasama dengan Greenprosa yang berpengalaman membuat konsep pengelolaan sampah.
Dalam kerjasama ini, TSI akan menyediakan lahan dan mendirikan prasarananya, pihak Greenprosa akan membuat konsep dan kelola dalam bentuk bagi hasil. Saat ini, fasilitas dan sarananya sedang dibangun, dan diharapkan di kuartal pertama 2023 sudah mulai berjalan.
"Sampah akan didaur semaksimal mungkin dan sebagian kami akan budi daya maggot berkualitas yang dapat digunakan untuk (pakan) satwa kami," tutur Emeraldo.
Selain daur ulang sampah organik dari lingkungan TSI, kerja sama dengan Greenprosa ini juga menyasar sampah organik domestik dari warga sekitar TSI. Kegiatan ini merupakan bentuk aksi tanggung jawab sosial TSI untuk kawasan Cisarua.
Pengelolaan sampah di TSI Bogor ini akan menjadi percontohan bagi unit bisnis TSI lainnya. Kerjasama daur ulang sampah dengan menggunakan budi daya maggot juga akan berlanjut di seluruh kebun binatang di bawah naungan Taman Safari Indonesia, seperti Taman Safari Jatim, Bali Safari Marine Park, dan Jakarta Aquarium Safari.
Ke depannya pengunjung juga dapat melihat pengelolaan sampah dan menjadi bagian dari edukasi, selain selain edukasi satwa juga limbahnya. "Harapan kami TSI menjadi salah satu penggerak edukasi lengkap termasuk ramah lingkungan," ujar Emeraldo.