PSE UGM Sambut Positif Penurunan Harga BBM Non-Subsidi
Red: Fernan Rahadi
Petugas mengganti papan harga BBM di salah satu SPBU di kawasan Senen, Jakarta, Selasa (3/1/2023). Pemerintah resmi mengumumkan penurunan harga BBM jenis Pertamax dari Rp 13.900 per liter menjadi Rp 12.800 per liter, Pertamax Turbo dari Rp 15.200 per liter menjadi Rp 14.050 per liter, Dexlite dari Rp 18.300 per liter menjadi Rp 16.150 per liter dan Pertamina Dex dari Rp 18.800 per liter menjadi Rp 16.750 per liter yang mulai berlaku per 3 Januari 2023 pukul 14.00 WIB. Republika/Putra M. Akbar | Foto: Republika/Putra M. Akbar
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Pusat Studi Energi (PSE) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menyambut positif penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) non-subsidi oleh Pertamina.
"Penentuan harga BBM non-subsidi didasari mekanisme pasar untuk mencapai harga keekonomian. Penurunan harga BBM non-subsidi ini imbas dari penurunan harga minyak mentah dunia," kata Kepala PSE UGM Yogyakarta Sarjiya dalam keterangan tertulisnya, Rabu (4/1/2023).
Dia menilai penurunan harga BBM non-subsidi tersebut juga merupakan bentuk kebijakan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir yang terus mendorong Pertamina menjadi perusahaan energi kelas dunia (world class energy company).
Seperti diketahui, Erick Thohir dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengumumkan penurunan harga BBM non-subsidi. Pertamax, yang awalnya Rp 13.900 per liter, dipangkas menjadi Rp 12.800; kemudian Pertamax Turbo dari Rp 15.200 per liter turun menjadi Rp 14.050.
Selanjutnya, Dexlite saat ini dibanderol dengan harga Rp 16.150 dari Rp 18.300 per liter dan Pertamina Dexmenjadi Rp 16.750 dari Rp 18.800 per liter.
Peneliti PSE UGM Agung Satrio Nugroho menjelaskan penurunan harga BBM non-subsidi tersebut memberikan dampak positif ke negara. Dengan disparitas harga BBM subsidi dan non-subsidi yang semakin kecil, menurutnya, maka diprediksi akan ada perpindahan konsumsi dari Pertalite ke Pertamax.
Agung mengatakan perpindahan tersebut mirip ketika Pertamina menaikkan harga BBM non-subsidi. Akibat disparitas harga Pertamax yang semakin besar membuat masyarakat beralih mengonsumsi Pertalite sebagai BBM kendaraan, di mana jumlah perpindahan konsumsi tersebut mencapai 5 persen.
"Dengan berkurangnya konsumsi Pertalite, membuat beban negara untuk mensubsidi BBM semakin berkecil," katanya.
Dengan semakin sempitnya disparitas harga, Agung optimistis konsumsi BBM non-subsidi akan meningkat. Harapannya, subsidi BBM dapat dimanfaatkan untuk kebijakan strategis nasional lain, misalnya pengembangan energi baru terbarukan.
"Berkurangnya beban Pertamina terhadap BBM subsidi membuat mereka menjadi world class energy company," tambahnya.
Agung juga mendukung rencana Erick Thohir yang akan mengevaluasi harga BBM non-subsidi setiap pekan. Tujuannya, agar harga BBM non-subsidi dapat langsung menyesuaikan dengan harga keekonomian.
"Saya mendukung rencana Menteri Erick untuk perintahkan Pertamina meninjau ulang harga BBM non-subsidi setiap pekan, sehingga disparitas dengan BBM subsidi semakin kecil," ujar Agung.