Korea Selatan Bergerak Menuju Resesi
Rep: Lintar Satria/Reuters/ Red: Fernan Rahadi
Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg (kiri) berjabat tangan dengan Menteri Luar Negeri Korea Selatan Park Jin (kanan) selama pertemuan mereka di Kementerian Luar Negeri di Seoul, Korea Selatan, Ahad (29/1/2023).NATO Secretary General Jens Stoltenberg (L) shakes hands with the Minister of Foreign Affairs of South Korea Park Jin (R) during their meeting at the Foreign Ministry in Seoul, South Korea, 29 January 2023. | Foto: EPA-EFE/Kim Min-Hee
REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Perekonomian Korea Selatan (Korsel) bergerak menuju resesi. Data yang dirilis Rabu (31/1/2023) menunjukkan perdagangan Negeri Ginseng mengalami defisit karena merosotnya ekspor yang disebabkan liburan panjang dan mendinginnya permintaan global.
Negara dengan ekonomi terbesar keempat di Asia yang mengandalkan perdagangan untuk pertumbuhannya tersebut merosot 0,4 persen pada kuartal Oktober sampai Desember tahun lalu. Kini Korsel mengalami resesi pertamanya sejak puncak pandemi Covid-19 pada pertengahan 2020
Data kementerian perdagangan menunjukkan ekspor Korsel pada Januari lalu turun 16,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Lebih rendah dari prediksi jajak pendapat Reuters yang sebesar 11,3 persen dan penurunan tercepat sejak 2020.
Impor turun 2,6 persen dibandingkan tahun sebelumnya, lebih baik dibandingkan jajak pendapat para ekonom yang memprediksi penurunan impor akan mencapai 3,6 persen. Akibatnya, perdagangan defisit sebesar 12,69 miliar dolar AS.
"Perkiraan saya pertumbuhan kuartal pertama nol tapi angka perdagangan hari jelas minus," kata ekonom HI Investment and Securities Park Sang-hyun.
Sehingga kemungkinan resesi yakin penurunan produk domestik bruto dua kuartal berturut-turut, semakin tinggi. Hal ini juga menunjukkan pergerakan bank sentral menaikan suku bunga sejak akhir 2021 berjalan.
Data dari kementerian perdagangan menunjukkan lemahnya performa perdagangan pada bulan Januari disebabkan terjunnya ekspor semikonduktor sebesar 44 persen serta merosotnya perdagangan dengan Cina sebesar 31,4 persen.