Polda Jateng Duga Motif Penyebaran Informasi Penculikan Anak di Masyarakat
Rep: Bowo Pribadi/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Hoaks | Foto: Mgrol101
REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Maraknya informasi perihal percobaan penculikan anak yang tersebar melalui media sosial di tengah- tengah masyarakat, direspons oleh Polda Jawa Tengah. Aparat kepolisian pun menduga motif informasi palsu tersebut disebarkan melalui berbagai macam platform media sosial dan aplikasi perpesanan.
Terkait keamanan putra-putri di sekolah, para orang tua juga diimbau untuk proaktif berkoordinasi dengan guru dan pihak sekolah. Termasuk sigap melaporkan kepada aparat kepolisian jika menemui atau melihat hal-hal yang mencurigakan, berkaitan dengan upaya percobaan penculikan.
Kabidhumas Polda Jawa Tengah, Kombes Pol Iqbal Alqudusy mengatakan, Polda Jawa Tengah telah memonitor dan menangani dua kasus percobaan penculikan anak. Baik yang terjadi di lingkungan Pedurungan, Kota Semarang dan di wilayah Kaliangkrik, Kabupaten Magelang, beberapa waktu lalu.
Pada dua kejadian itu, calon korban sempat melawan, sehingga upaya penculikan oleh orang tak dikenal tersebut gagal. "Atas dua kejadian ini, aparat kepolisian di masing- masing wilayah saat ini masih melakukan pendalaman," kata Iqbal, di Semarang, Kamis (2/2/2023).
Selain tetap meningkatkan kewaspadaan, kabidhumas juga menghimbau masyarakat agar tidak panik dan tidak mudah menyebar informasi tentang penculikan anak dari media sosial. Berdasar fakta di lapangan, akhir-akhir ini memang banyak beredar (secara berantai) sejumlah informasi tentang upaya penculikan anak di media sosial.
Namun setelah ditelusuri dan dilakukan diklarifikasi di lapangan, ternyata informasi yang dimaksud tidak terbukti kebenarannya atau hoaks.
Iqbal mencontohkan, ada info yang dibagikan perihal upaya penculikan anak di satu tempat, tetapi setelah dilakukan investigasi di lapangan ternyata informasi tersebut tidak benar. "Dalam beberapa hari ini, penyebaran informasi ini sering terjadi dan sepertinya sengaja diciptakan untuk memancing keresahan masyarakat," lanjutnya.
Untuk itu, kabidhumas juga meminta masyarakat untuk ‘menyaring’ terlebih dahulu informasi jika menerima informasi dan tidak lantas ikut meyebarkan. "Jangan sampai masyarakat turut menjadi penyebar hoaks di lingkungannya maupun di lingkungan masyarakat yang lain," katanya.