Dubes RI untuk Tunisia Paparkan Kedekatan Sejarah Kedua Negara
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi. | Foto: Dokumen
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Duta Besar (Dubes) Republik Indonesia untuk Tunisia, Zuhairi Misrawi, berkunjung ke PT Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER). Zuhairi pun menceritakan, Indonesia dan Tunisia memiliki kedekatan emosional dalam hal sejarah.
Kedekatan sejarah di era Presiden Soekarno itulah yang dijadikan modal untuk terus mempromosikan Indonesia di Tunisia. Zuhairi mengisahkan kembali kepada orang-orang Tunisia jika pada 1951, pemimpin besar Tunisia, Habib Bourguiba, berkunjung ke Indonesia dan bertemu Bung Karno.
Habib Bourguiba diberi resep menjadi bangsa merdeka, di mana waktu itu Tunisia masih dijajah Prancis. "Peran Bung Karno sebagai inspirator, Tunisia akhirnya bisa merdeka pada 1956. Pada 1960, Bung Karno berkunjung ke Tunisia. Bung Karno disambut sangat luar biasa. Waktu itu Bung Karno juga menerima penghargaan pejuang kemerdekaan dari Tunisia," kata Zuhairi, Kamis (9/2/2023).
Soal Pancasila, lanjutnya, saat Bung Karno berkunjung pada 1960 media-media di Tunisia sudah pernah membahasnya. Orang-orang Tunisia menganggap Pancasila sebagai pemikiran yang original dan dibutuhkan. "Makanya Bung Karno dan Pancasila sangat terkenal di Tunisia," ujarnya.
Melalui kedekatan sejarah itu pula, dirinya lantas masuk ke sisi bisnis, dan ternyata sambutannya sangat bagus. Saat ini, lanjut Zuhairi, banyak warga Tunisia yang sangat bangga menggunakan barang yang diimpor dari Indonesia.
Zuhairi menjelaskan, saat kedatangannya ke Tunisia, perdagangan Tunisia-Indonesia berada di posisi 52. Saat ini, posisinya meningkat ke posisi 25.
"Dulu perdagangan antara Tunisia dengan Indonesia di bawah Malaysia, Vietnam, atau Thailand. Sekarang sudah melampaui. Nilai perdagangannya sudah lebih dari 200 juta dolar AS. Target saya bisa masuk 10 besar tahun ini," tegasnya.
Dijelaskan, produk-produk yang diimpor Tunisia dari Indonesia seperti CPO, furnitur, bahan kimia, ban, dan mobil yang diproduksi di Indonesia. Zuhairi juga mengajak SIER untuk mentransformasikan pengalaman kelola bisnis kawasan industri ke Tunisia.
Karena menurutnya, potensi pengembangan bisnis kawasan industri sangat besar. "Saya menilai, soal kawasan industri Tunisia sangat tertinggal. Banyak faktor yang menjadi penyebabnya. Untuk itu, peluang bisnis ini bisa dimasuki SIER," ujar dia.
Direktur Utama PT SIER, Didik Prasetiyono, pun menyambut baik peluang ini. Ia tidak menutup kemungkinan membagi pengalamannya dalam upaya pengembangan kawasan industri di Tunisia.
"Tentu ini informasi yang sangat berharga buat kami, yang menjalankan bisnis kawasan industri," katanya.