Prevalensi Stunting Jatim Masih 19,2 Persen, Perlu Percepatan Intervensi
Rep: Dadang Kurnia/ Red: Yusuf Assidiq
LESURE:ilustrasi stunting | Foto: Antara/Syifa Yulinnas
REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Angka prevalensi stunting di Jawa Timur membutuhkan percepatan intervensi untuk mencapai target 14 persen pada 2024. Berdasarkan data Suvei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, prevalensi stunting Jatim masih berada di angka 19,2 persen.
Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa pun menekankan efektivitas intervensi para bidan dalam menurunkan angka stunting hingga mencapai target 14 persen pada 2024. "Kami juga selalu menekankan pentingnya gizi seimbang bagi anak-anak. Angka 14 persen ini bukan sekadar target, tapi menentukan masa depan bangsa," kata Khofifah, Selasa (14/2).
Dijelaskan, dalam strategi nasional percepatan pencegahan stunting, sasaran prioritas pencegahan stunting menyasar kelompok prioritas yang mencakup ibu hamil, ibu menyusui, dan anak berusia 0-23 bulan, atau disebut rumah tangga 1.000 Hari Pasca Kelahiran (HPK). Kelompok ini harus secara rutin bertemu dengan para bidan untuk memantau kesehatan sang anak.
Menurutnya, bidan merupakan sosok yang berada di garda terdepan yang dapat memberikan pendampingan, pengetahuan, dan dukungan kepada para ibu sejak kehamilan hingga bayi berusia lima tahun. Yang menjadi penting, para bidan dapat memberi penyuluhan terkait pola asuh yang benar bagi para ibu.
"Apabila para ibu mengonsumsi nutrisi yang cukup dengan pola hidup sehat, serta anak diasuh dengan penuh kasih sayang serta gizi tercukupi, maka risiko stunting dapat dihindari atau bahkan dihilangkan," ujarnya.
Khofifah pun menyampaikan apresiasinya kepada para bidan yang selama ini telah turun tangan dalam upaya penurunan stunting. "Stunting harus dipangkas untuk menciptakan generasi yang berkualitas. Keikhlasan panjenengan untuk menciptakan generasi yang sehat bebas stunting akan menjadi amal jariyah panjenengan semua," kata gubernur.