Ahad 19 Feb 2023 17:36 WIB

In Picture: Momen Keakraban Erick Thohir dengan Aktivis 98

Erick Thohir menghadiri Pertemuan Aktivis 98 yang digelar oleh PENA Aktivis 98.

Red: Edwin Dwi Putranto

Menteri BUMN Erick Thohir bersama Sekjen PENA 98 Adian Napitupulu dan Aktivis 98 lainnya berswafoto saat Pertemuan Aktivis 98 yang digelar oleh Persatuan Nasional (PENA) Aktivis 98 di Jakarta, Ahad (19/2/2023). Dalam pertemuan yang berlangsung penuh dengan keakraban tersebut, Erick menyempatkan berdiskusi dengan para Aktivis 98. (FOTO : Dok Republika)

Menteri BUMN Erick Thohir memberikan sambutan saat menghadiri Pertemuan Aktivis 98 yang digelar oleh Persatuan Nasional (PENA) Aktivis 98 di Jakarta, Ahad (19/2/2023). Dalam pertemuan yang berlangsung penuh dengan keakraban tersebut, Erick menyempatkan berdiskusi dengan para Aktivis 98. (FOTO : Dok Republika)

Menteri BUMN Erick Thohir saat menghadiri Pertemuan Aktivis 98 yang digelar oleh Persatuan Nasional (PENA) Aktivis 98 di Jakarta, Ahad (19/2/2023). Dalam pertemuan yang berlangsung penuh dengan keakraban tersebut, Erick menyempatkan berdiskusi dengan para Aktivis 98. (FOTO : Dok Republika)

Menteri BUMN Erick Thohir saat menghadiri Pertemuan Aktivis 98 yang digelar oleh Persatuan Nasional (PENA) Aktivis 98 di Jakarta, Ahad (19/2/2023). Dalam pertemuan yang berlangsung penuh dengan keakraban tersebut, Erick menyempatkan berdiskusi dengan para Aktivis 98. (FOTO : Dok Republika)

inline

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri BUMN menghadiri Pertemuan Aktivis 98 yang digelar oleh Persatuan Nasional (PENA) Aktivis 98 di Jakarta, Ahad (19/2/2023). Dalam pertemuan yang berlangsung penuh dengan keakraban tersebut, Erick menyempatkan berdiskusi dengan para Aktivis 98. 

Erick mengatakan, pertemuan ini menjadi momentum penting untuk mengingat kembali bahwa bangsa Indonesia tidak mungkin sekuat seperti saat ini jika reformasi tidak bergulir.

Erick mencatat, setelah 25 tahun pasca Reformasi, kesenjangan perlahan ditekan. Tidak hanya itu. Indonesia, kata Erick, menjadi semakin kuat dalam berhadapan dengan Bangsa Asing. Indonesia semakin tidak mudah didikte dalam menetapkan keputusan-keputusan strategis. 

"Contoh, hilirisasi mineral dan SDA, tidak lagi kita kirim mentah. Kita harus bisa mengolah sampai berupa komoditas setengah jadi. Kita bangun NKRI dari pinggiran. Kita buka akses yang setara, bukan cuma Jawa dan Jakarta yang tersentuh pembangunan. Kesejahteraan keluarga korban pelanggaran HAM kini mulai diperhatikan," kata Erick.

sumber : Republika
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement