Psikolog Unair Ungkap Dampak Positif dan Negatif dari Childfree

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Fernan Rahadi

Penyebab pasangan memutuskan untuk childfree. (ilustrasi). Ilustrasi berkata tidak. Ilustrasi jangan. Ilustrasi setop.
Penyebab pasangan memutuskan untuk childfree. (ilustrasi). Ilustrasi berkata tidak. Ilustrasi jangan. Ilustrasi setop. | Foto: www.freepik.com

REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Psikolog Universitas Airlangga (Unair) Nur Ainy Fardana mengingatkan masyarakat untuk tidak menghakimi pilihan seseorang untuk tidak memiliki anak atau childfree. Ia mengingatkan, hak untuk memiliki anak atau tidak merupakan pilihan pribadi. Menurutnya, yang terpenting adalah masyarakat jangan mudah ikut arus dan harus kritis.

Perempuan yang akrab disapa Neny itu mengatakan, terdapat beberapa kemungkinan alasan seseorang memilih childfree. Pertama, ingin fokus terhadap karier, hobi, ataupun cita-cita. Kedua, adanya masalah kesehatan yang dialami. Ketiga, adanya trauma di masa lalu. Keempat, adanya perasaan takut terhadap tanggung jawab dan komitmen yang besar saat memiliki anak.

"Misalnya, berkaitan dengan biaya hidup, perlindungan anak terhadap ancaman kekerasan, dan lain sebagainya. Kemudian yang kelima, mungkin seseorang merasa tidak cocok menjadi orang tua atau bahkan tidak tertarik untuk memiliki anak," ujarnya, Rabu (22/2).

Neny menyebutkan, terdapat beberapa dampak positif ketika seseorang memilih childfree. Dampak positif yang pertama yaitu terhindar dari risiko sakit yang mungkin dialami, baik secara fisik maupun mental saat melahirkan. Kemudian dampak positif yang kedua yaitu seseorang menjadi lebih fleksibel dalam memilih gaya hidup karena tidak terikat oleh anak.

Namun demikian, lanjut Neny, juga terdapat dampak negatif ketika seseorang memilih tidak memiliki anak. Dampak negatif pertama, merasa kesepian dan terisolasi karena tidak memiliki tempat untuk menyalurkan kasih sayang. Terlebih jika tidak mendapat pemenuhan dukungan emosional dari pasangan.

"Kedua, tidak adanya dukungan sosial dan finansial ketika tua dari anak. Ketiga, tidak ada seseorang yang akan meneruskan warisan genetik ataupun menerima harta warisan ketika sudah meninggal," ujarnya.

Neny berpesan kepada masyarakat Indonesia untuk berpikir kritis sebelum memutuskan untuk memiliki anak ataupun tidak. Hal ini dikarenakan jika memutuskan untuk childfree seseorang harus siap dengan dampak positif dan negatifnya. Selain itu, seseorang harus siap dengan tekanan keluarga dan masyarakat yang memandang childfree sebagai pilihan yang tidak lazim.

"Harus benar-benar melihat bahwa childfree harus dipertimbangkan dampak positif dan negatifnya," kata Neny.

Terkait


Banyak Memilih Childfree atau tidak Menikah, Populasi Negara Ini Terus Menyusut

Childfree Mempunyai Dampak Negatif dan Positif, Tapi Ini Saran Psikolog

Penyanyi Pink Buktikan Kariernya tak Tamat, Hidupnya Lebih Bermakna dengan Punya Anak

Apakah Childfree Bisa Kurangi Beban Biaya Hidup?

Ramai Soal Childfree, Apa Pengaruhnya terhadap Ekonomi?

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark