Manfaatkan Limbah Dapur, Mahasiswa UAD Ajak Warga Buat Eco Enzyme
Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Kampus Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. | Foto: Yusuf Assidiq
REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mahasiswa Universitas Ahmad Dahlan (UAD) mengajak warga di Padukuhan Siten, Sumbermulyo, Kabupaten Bantul, DIY untuk memanfaatkan limbah dapur menjadi sesuatu yang memiliki nilai lebih.
Lewat program pengabdian masyarakat, mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) UAD Reguler 101 Unit II.D.1 melakukan pelatihan dan pendampingan kepada warga Siten untuk mengolah limbah dapur menjadi eco enzyme.
Eco enzyme dibuat dari hasil fermentasi sampah organik, seperti buah dan sayur. Cairan hasil fermentasi dari sampah tersebut dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti pembersih rumah, pupuk, hingga pestisida alami.
Alasan pembuatan eco enzyme di Siten ini dilakukan mahasiswa UAD untuk mendukung Program Bantul Bersama atau Bantul Bersih Sampah Tahun 2025. Program ini menjadi program utama dalam menyelesaikan permasalahan sampah di Kabupaten Bantul
Kepala Padukuhan Siten, Purwanto mengatakan bahwa pengelolaan sampah sudah berjalan seiring dengan Program Bantul Bersama. Namun, ia menilai pengelolaannya belum berjalan dengan baik.
"Pengolahan sampah anorganik di Padukuhan Siten sudah berjalan, tetapi pengolahan sampah organik masih menjadi pekerjaan rumah (PR)," kata Purwanto dalam siaran pers yang diterima Republika, Ahad (26/2).
Melihat permasalahan itu, mahasiswa KKN UAD mengambil kesempatan untuk mengajak warga memanfaatkan sampah organik menjadi eco enzyme. Pelatihan dan pendampingan yang dilakukan di Padukuhan Siten dilakukan dengan mengambil tema 'Merawat Bumi dengan Cairan Ajaib dari Limbah Dapur'.
Sembilan mahasiswa dari berbagai program studi (prodi) terlibat dalam kegiatan tersebut. Salah satu mahasiswa KKN UAD Reguler 101 Unit II.D.1 yang terlibat dalam kegiatan tersebut, Prasasty Ananda Putri mengatakan, sampah organik yang menjadi tumpukan gas metana, dapat dijadikan cairan multifungsi dengan melakukan fermentasi pada tiga bahan utama.
"Tiga bahan utama itu diantaranya gula, limbah sayur atau kulit buah, dan air dengan perbandingan 1:3:10,” kata Prasasty yang juga mahasiswa Prodi Biologi UAD tersebut.
Cara untuk membuat eco enzyme sendiri tidak sulit. Caranya, kata Prasasty, yakni dengan mencampurkan semua bahan ke dalam wadah tertutup yang diberi selang, untuk mempermudah pengeluaran gas.
Proses fermentasi setidaknya berlangsung selama tiga bulan, dengan indikasi limbah turun ke bagian dasar wadah, dan beraroma khas fermentasi. Setelah itu, eco enzyme disaring dan siap digunakan untuk berbagai keperluan.
"Bisa untuk menjadi cairan pembersih lantai, cuci piring, insektisida, anti ketombe, dan masih banyak lagi," ujar Prasasty.
Antusias masyarakat untuk mengikuti pelatihan pembuatan eco enzyme tersebut cukup tinggi, yang terlihat dari banyaknya warga yang berpartisipasi. Pelatihan dan pendampingan secara langsung oleh mahasiswa KKN UAD tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pengelolaan sampah, khususnya di Kabupaten Bantul.
"Program ini baik untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Padukuhan Siten terhadap pemanfaatan limbah dapur yang biasanya sisa limbah dibuang, kini bisa dimanfaatkan dan memiliki nilai kegunaan yang tinggi," kata salah satu Kader Padukuhan Siten, Sumartini.
Pelatihan dan pendampingan tersebut dilaksanakan mahasiswa KKN sebanyak tiga kali di lokasi berbeda di Februari 2023 ini. Mahasiswa yang terlibat yakni Dani Kusuma Wardana sebagai ketua unit, dan dengan delapan anggota lainnya yakni Ahmad Yafi’udin, Anissa Rahma Fanilika, Muhamad Ardan Prayogi, Prasasty Ananda Putri, Retno Hartati, Revaldy Ardiansyah, Revi Andini, dan Sri Handayani.