REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Politik, Arifki Chaniago, mengatakan, tindakan Partai Amanat Nasional (PAN) memperkenalkan pasangan capres dan cawapres, yakni Ganjar Pranowo dan Erick Thohir saat Rapat Kerja Nasional (Rakernas) di Semarang pekan lalu kepada Presiden Joko Widodo menunjukkan Koalisi Indonesia Bersatu (KIB), tidak solid. Padahal, menurut Arifki, KIB yang berisikan PAN, Golkar dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) sejak awal membangun narasi akan mengusung kader murni partai untuk menjadi pasangan capres dan cawapres.
"Jika PAN memperkenalkan Ganjar-Erick sebagai capres dan cawapres, sepertinya terjadi inkonsistensi narasi yang dibangun oleh PAN. PAN mendorong proposal Erick sebagai cawapres dengan menduetkan dua tokoh tersebut di hadapan Jokowi," ujar Arifki, Selasa (28/2/2023).
Sebelum memperkenalkan Ganjar-Erick, PAN bersama KIB memberikan tanda akan mengusung para ketua umum ketiga partai untuk menjadi pasangan capres cawapres. Dua nama yang punya peluang besar adalah Ketum Golkar, Airlangga Hartarto, dan Ketum PAN, Zulkifli Hasan.
Kini dengan beralih haluan mendukung Ganjar-Erick, Arifki menilai, PAN kembali ke jati dirinya sebagai partai oportunis. PAN, kata dia, seakan tidak percaya diri dengan kader sendiri dan juga kader dari Golkar dan PPP untuk bertarung di Pilpres.
Karena sejauh ini baik kader PAN, Golkar, dan PPP tidak ada yang mampu menyaingi elektabilitas bakal capres dan cawapres yang sudah muncul ke permukaan seperti Ganjar, Prabowo Subianto, Anies Baswedan, Erick Thohir, dan Agus Harimurti Yudhoyono.
"PAN juga telah mengambil langkah yang cukup berani dengan memperkenalkan kader partai lain sebagai capres," ujar Arifki.