REPUBLIKA.CO.ID, MANOKWARI - Kantor Perwakilan Bank Indonesia Papua Barat menyerukan implementasi belanja bijak untuk mencegah lonjakan harga barang dan inflasi selama Ramadhan 1444 H. Kepala BI Papua Barat Rommy Sariu Tamawiwy mengatakan, seruan bersama belanja bijak turut ditandatangani oleh Bank Indonesia, Pemerintah Provinsi Papua Barat, Kantor Wilayah Kementerian Agama (Kemenag) Papua Barat, Majelis Ulama Indonesia (MUI) Papua Barat, Nahdatul Ulama (NU) Papua Barat, dan Muhammadiyah Papua Barat.
"Kerja sama ini jarang terjadi di Indonesia dan Papua Barat mengambil inisiatif ini. Belanja bijak harus dimulai dari pemimpinnya," kata Rommy saat peluncuran Semarak Rupiah Ramadhan dan Berkah Idul Fitri (Serambi) 2023 di Manokwari, Senin (27/3/2023).
Ia menilai, penandatanganan seruan bersama sangat efektif dalam mendorong masyarakat di Papua Barat dan Papua Barat Daya menerapkan pola berbelanja bijak. Upaya tersebut nantinya diikuti dengan pelaksanaan sosialisasi dan edukasi yang masif oleh masing-masing pemangku kepentingan, guna mencegah perilaku belanja secara berlebihan atau panic buying.
"Bijaklah berbelanja sesuai dengan kebutuhan bukan sesuai keinginan, apalagi sesuai dengan mata," kata Rommy.
Ia menuturkan ada empat strategi dalam pengendalian inflasi yaitu keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi komoditas pangan, dan komunikasi efektif antara pemangku kepentingan. Kebijakan yang diterapkan pemerintah daerah tentunya berdampak pada kesejahteraan masyarakat luas dalam memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
"Ini untuk kepentingan khalayak banyak tidak memandang status sosial, dan lain-lain," tutur Rommy.
Kepala Kantor Wilayah Kemenag Papua Barat Luksen Jems Mayor berharap seruan bersama pola belanja bijak dapat dilakukan pada semua perayaan hari besar keagamaan demi menjaga stabilitas indeks harga komoditas. Langkah yang diinisiasi Bank Indonesia memiliki nilai dan manfaat bagi seluruh masyarakat setempat, sehingga tidak khawatir berlebihan dalam memenuhi kebutuhan pokok.
"Kita harus pastikan bahwa Ramadhan ini bukan bulan untuk belanja-belanja yang berlebihan. Hal yang sama harus dilakukan bagi perayaan besar keagamaan lainnya," tutur Jems.
Menurut dia, gerakan pengendalian inflasi harus dimulai dari masyarakat atau umat beragama yang kemudian berdampak positif terhadap kestabilan inflasi tersebut. Dengan demikian, pelibatan lembaga keagamaan menjadi kunci suksesnya gerakan belanja bijak yang terus digelorakan oleh pemerintah di seluruh wilayah Indonesia.
"Pengendalian inflasi harus dimulai dari gerakan umat beragama," ucap dia.
Jems juga menilai bahwa peluncuran Serambi 2023 dan seruan belanja bijak sangat relevan dengan penetapan tahun 2023 sebagai tahun kerukunan umat beragama. Gerakan tersebut akan menumbuhkan kepercayaan masyarakat di Papua Barat dan Papua Barat Daya terhadap kebijakan pemerintah yang kemudian menimbulkan optimisme.
"Belanja bijak itu tindakan produktif dan relevan dengan apa yang digencarkan oleh Kementerian Agama yaitu gerakan masyarakat Papua penuh damai," ucap dia.