Rabu 12 Apr 2023 20:14 WIB

Sejarah Pemukiman Jamaah Haji dan Umroh di Makkah dari Masa ke Masa

Para jamaah dari seluruh dunia berdatangan ke Makkah untuk umroh Ramadhan.

Rep: Imas Damayanti/ Red: Muhammad Hafil
 Sejarah Pemukiman Jamaah Haji dan Umroh di Makkah dari Masa ke Masa. Foto: Jamah umroh
Foto: Reuters
Sejarah Pemukiman Jamaah Haji dan Umroh di Makkah dari Masa ke Masa. Foto: Jamah umroh

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para jamaah dari seluruh dunia berdatangan ke Makkah untuk melakukan ibadah umroh selama Ramadhan. Di mana banyak yang tinggal atau bermukim di lingkungan yang dikenal menampung orang-orang dari negara asal mereka.

Dilansir di Arab News, Rabu (12/4/2023), Penasihat Layanan Haji dan Umrah Ahmed Saleh Halabi mengatakan, jumlah jamaah haji dan umroh yang ada saat ini lebih tinggi dari sebelumnya.

Baca Juga

“Kami menyediakan beberapa layanan, seperti makanan serta pekerja yang berbicara bahasa yang sama dengan jamaah haji dan umroh untuk menarik jamaah agar tinggal di wilayah tersebut. Jika jamaah menemukan pedagang grosir, tukang roti, dan tukang cukur dari negara asal mereka, maka unit perumahan akan mendapatkan keuntungan terbesar,” ujar dia.

Dia melanjutkan bahwa para jamaah biasanya membagi diri mereka di seluruh kota tergantung pada negara asal mereka. Pihaknya menyediakan beberapa layanan, seperti makanan serta pekerja yang berbicara bahasa yang sama dengan jamaah haji dan umrah, menarik jamaah untuk tinggal di wilayah tersebut.

Ahmed Saleh Halabi menjadi penasihat layanan haji dan umrah selama puluhan tahun. Dia menceritakan bahwa jamaah haji Arab Saudi menetap di daerah dekat Masjidil Haram di Makkah, antara lain Ajyad, Al-Shamiyah dan Misfalah, yaitu di gang Al-Bukhari dan Al-Saqifah.

Sedangkan di masa lalu, lanjut dia, jamaah haji dan umroh asal Turki bertempat tinggal di Al-Masafi dan Bir Balila di Ajyad. Sedangkan sebagian bertempat tinggal di Misfalah, yakni di kawasan antara Hotel Palestina dan Misfalah Municipality.

“Jamaah haji yang datang dari Asia Selatan dulu bermukim di Ajyad Al-Sad dan Misfalah, yakni di wilayah yang terletak di antara Misial Al-Harsani dan Bustan Al-Bukhari, sedangkan jemaah haji Afrika bermukim di Misfalah Al-Hafaer dan Jalan Al-Mansour," ujarnya.

Adapun peziarah Iran, kata dia, mereka tinggal di Al-Maabadah dan Alshaisha, sedangkan peziarah dari Asia Tenggara lebih menyukai tinggal di lingkungan Al-Shamiya, Al-Naqa, As Sulaymaniyah dan Al-Falq.

Dengan dimulainya perluasan ketiga Masjidil Haram, banyak dari lingkungan di dekat tempat suci ini dihancurkan untuk dijadikan menara tempat tinggal kelas atas. Sebab banyak jamaah yang tidak mampu membeli unit seperti itu, mereka beralih tinggal di daerah yang jauh namun sering menyediakan sarana transportasi ke Masjidil Haram.

“Peziarah Turki menuju Alshaisha, Al-Aziziyah dan Al-Maabadah, situs ini terdiri dari restoran dan kafe, yang pemilik dan pekerjanya berbicara bahasa peziarah dan menyediakan hidangan Turki,” kata Halabi.

Menurut dia, para jamaah dari Asia Selatan pindah ke Al-Aziziya, di wilayah yang dikenal sebagai Mukhatat Albank. Banyak jamaah+ Arab sekarang tinggal di daerah sekitar pusat kota, termasuk Jaroul dan Misfalah di pusat kota, sementara jamaah Afrika terus tinggal di Al-Hafaer dan Jalan Mansour.

Adapun para jamaah dari Asia Tenggara pindah ke daerah dekat Masjidil Haram, seperti Jalan Ibrahim Al-Khalil dan Mukhatat Bakhtama.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement