REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Memasuki momen mudik, sebagian orang mungkin kerap bermasalah dengan mabuk saat melakukan perjalanan darat, laut, atau udara. Apa sebenarnya yang menyebabkan sebagian orang bisa mengalami mabuk perjalanan?
Menurut Cleveland Clinic, mabuk perjalanan terjadi ketika otak tak bisa memahami informasi yang dikirimkan oleh mata, telinga, dan tubuh. Akibatnya, beragam gerakan yang terjadi saat menaiki mobil, kapal, atau pesawat bisa memicu gejala seperti mual, berkeringat, atau bahkan muntah.
Kondisi ini dirasakan pula oleh Direktur Dizziness and Balance Centre dari University of Washington, Prof James Phillips. Prof Phillips pertama kali mengalami mabuk perjalanan saat masih menjadi seorang mahasiswa. Gejala mabuk perjalanan muncul ketika Prof Phillips sedang melakukan perjalanan menggunakan jalur laut.
"Saya merasa lelah walaupun saya sudah istirahat. Ada gelombang rasa mual yang intens dan saya mulai muntah," jelas Prof Phillips, seperti dikutip dari laman Hindustan Times, Jumat (14/4/2023).
Gejala ini terus berlanjut meski Prof Phillips sudah kembali ke daratan. Sesampainya di darat, Prof Phillips masih merasa seperti terombang-ambing oleh ombak. Dia mulai merasa normal di hari berikutnya.
"Mata saya tidak sadar bahwa (lingkungan) saya berubah (saat di laut) ke atas, bawah, kanan, kiri, karena ombak. Tetapi telinga dalam saya mengirimkan seluruh sinyal pergerakan ini ke otak saya," kata Prof Phillips mencoba menjelaskan fenomena mabuk perjalanan yang dia alami.
Dengan kata lain, Prof Phillips mengatakan indra-indranya saling bertentangan saat dia berada di laut. Akibat pertentangan antarindra ini, Prof Phillips mengatakan otaknya berpikir bahwa muntah akan menjadi solusi yang baik karena dapat memaksa tubuhnya untuk beristirahat.
Prof Phillips mengatakan mabuk perjalanan umumnya bukan diakibatkan oleh suatu penyakit atau patologi. Mabuk perjalanan biasanya dipicu oleh lingkungan yang bergerak.
"Umumnya, bayi dan anak kecil tidak mengalami mabuk perjalanan," kata Prof Phillips.
Akan tetapi, anak yang lebih besar sangat rentan mengalami mabuk perjalanan. Alasannya, pada usia tersebut anak sedang belajar mengenai hubungan hubungan antara beragam indra yang berbeda di tubuhnya.
Kerentanan terhadap mabuk perjalanan umumnya kembali menurun saat seseorang memasuki usia dewasa. Lalu pada usia lansia, kerentanan terhadap mabuk perjalanan bisa meningkat atau menurun, bergantung pada perubahan dari sel reseptor di telinga dan mata, kejernihan lensa mata, atau perubahan pada fungsi saraf perifer.
"Biasanya, kejadian mabuk perjalanan pada lansia sehat terus menurun," ujar Prof Phillips.
Trik meringankan gejala
Prof Phillips mengatakan ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk membuat diri merasa lebih baik bila mengalami mabuk perjalanan. Salah satunya adalah mengalihkan pandangan ke objek yang tak bergerak.
Saat di laut misalnya, coba untuk memfokuskan pandangan ke arah daratan atau cakrawala. Sedangkan bila sedang melakukan perjalanan darat, coba untuk duduk di bangku paling depan dan alihkan pandangan ke luar jendela.
Penggunaan obat anti mabuk perjalanan juga bisa membantu meringankan gejala mabuk saat di perjalanan. Selain itu, menggunakan obat anti mual dapat meredakan keinginan untuk muntah akibat mabuk perjalanan.
"Seiring waktu, Anda bisa beradaptasi melalui pengalaman yang berulang dari berbagai situasi baru," ujar Prof Phillips.