SENANDIKA.REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Gerakan wisata berkelanjutan atau sustainable tourism kian populer dalam beberapa tahun terakhir. Menurut studi yang digagas grup Expedia pada April 2022, 90 persen konsumen kini mencari opsi berkelanjutan saat bepergian.
Rata-rata peserta studi bahkan bersedia membayar 38 persen lebih banyak agar perjalanannya mengusung konsep berkelanjutan. Konsep berkelanjutan yang dimaksud yakni dapat memberikan dampak jangka panjang, baik terhadap lingkungan, sosial, budaya, dan ekonomi.
Bagi pelancong yang tertarik melakoni perjalanan yang berkelanjutan, ada baiknya memastikan sejumlah hal sebelum, selama, dan sesudah pelesir. Berikut lima hal yang perlu diperhatikan menurut pakar perjalanan, seperti dikutip dari laman AFAR, Senin (17/4/2023).
1. Manfaat untuk komunitas setempat
Salah satu hal kunci dari perjalanan berkelanjutan adalah uang yang dibelanjakan pelancong bisa memberikan manfaat untuk komunitas dan masyarakat setempat. Kepala staf Tourism Cares, Paula Vlamings, menyarankan pelancong memilih hotel yang dikelola warga setempat. Cara lain, dengan menggunakan jasa pemandu wisata lokal.
2. Upaya pengurangan emisi karbon
Carilah perusahaan penyedia jasa perjalanan yang berkomitmen pada rencana aksi iklim dan mengupayakan pengurangan emisi karbon. Vlamings mengatakan, sudah ada lebih dari 700 perusahaan perjalanan di dunia yang berkomitmen mencapai nol emisi pada 2050, yang bisa dicek lewat situs Tourism Declares a Climate Emergency.
3. Pengalaman satwa liar yang etis dan bermanfaat
Sebagian orang menyukai pengalaman wisata yang berkaitan dengan alam dan satwa liar. Wisatawan harus mempertanyakan apakah perusahaan berkontribusi terhadap konservasi keanekaragaman hayati dan mendukung mata pencaharian masyarakat setempat.
Pakar keberlanjutan dan ketua kelompok spesialis kawasan lindung dan pariwisata IUCN, Anna Spenceley, menyarankan wisatawan memilih tempat-tempat yang dimiliki dan dikelola oleh masyarakat setempat. Itu dapat berkontribusi terhadap penggunaan lahan untuk satwa liar dalam jangka panjang.
4. Hati-hati greenwashing
Salah satu pendiri Impact Travel Alliance, Kelley Louise, menyarankan untuk berhati-hati pada greenwashing. Strategi pemasaran yang menipu itu dilakukan perusahaan atau organisasi untuk menyesatkan konsumen dengan klaim gerakan hijau yang tidak benar. Untuk pariwisata keberlanjutan, ada standar tertinggi yakni Kriteria Dewan Pariwisata Berkelanjutan Global (GSTC).
5. Jangan terpaku pada promosi berlebih
Perusahaan perjalanan dan akomodasi lokal yang skalanya lebih kecil mungkin tidak memiliki sumber daya untuk melakukan sertifikasi. Tetapi, bisa jadi penyedia jasa itu malah jadi pilihan perjalanan yang paling berkelanjutan. Hal terpenting adalah perjalanan yang dilakukan memiliki dampak positif terhadap lingkungan, komunitas lokal, dan ekonomi.