REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sering kali orang mengingatkan kerabat atau sahabatnya untuk bersabar dalam menghadapi cobaan hidup. Ada pula yang menasihatinya untuk selalu bertawakal kepada Allah SWT. Namun apa makna sebenarnya dari dua hal tersebut? Dan apa kaitannya dengan hijrah?
Buya Hamka dalam kitab tafsirnya, Tafsir Al-Azhar, membahas soal sabar dan tawakal pada bab pembahasan tafsir Surat An Nahl ayat 41-42.
Allah SWT berfirman, "Dan orang yang berhijrah karena Allah setelah mereka dizalimi, pasti Kami akan memberikan tempat yang baik kepada mereka di dunia. Dan pahala di akhirat pasti lebih besar, sekiranya mereka mengetahui, (yaitu) orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal." (QS An Nahl ayat 41-42)
Hijrah dilakukan atas dasar karena Allah SWT, bukan karena ingin kaya atau mengejar perkara dunia. Karena itu, orang yang berjuang mengejar akhirat, maka dunia pun akan ikut. Namun siapa yang berjuang untuk dunia saja, akhirat tidak akan diperolehnya.
Lantas siapa yang akan mendapatkan kebaikan di dunia dan di akhirat kelak? Apakah semua orang bisa mendapatkannya? "...(yaitu) orang yang sabar dan hanya kepada Tuhan mereka bertawakal." (QS An Nahl ayat 41-42)
"Sabar dan tawakal adalah dua syarat mutlak kemenangan. Namun, tidak sekaligus akan terjadi perubahan nasib," jelas Buya Hamka, yang kemudian dikaitkan dengan peristiwa hijrah Nabi dan para sahabat dari Makkah ke Madinah.
Dikatakan, dalam proses hijrah tersebut, umat Muslim saat tiba di Madinah tidaklah langsung menjadi kaya raya, hidup enak dan bahagia. Tidaklah langsung mendapatkannya. Buya Hamka menekankan, semua itu harus dicapai dengan kesabaran.