REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG -- Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengatakan bahwa negaranya tidak bisa ditekan untuk mengubah pendiriannya dalam kebijakan luar negeri. Ia juga menegaskan bahwa posisi Afrika Selatan adalah netral, non-blok. Dan negaranya tidak mengunggulkan Rusia di atas negara-negara lain.
Menulis dalam buletin mingguannya, Cyril Ramaphosa mengatakan dengan pecahnya konflik Rusia-Ukraina, ada tekanan yang luar biasa pada negaranya itu untuk meninggalkan posisi non-blok. Dan desakan agar memihak pada apa yang pada dasarnya merupakan kontes antara Rusia dan Barat.
Ramaphosa mengatakan bahwa negara-negara lain di Benua Afrika dan di tempat lain juga mengalami tekanan yang sama. Komentarnya ini menyusul klaim pekan lalu oleh Duta Besar AS untuk Afrika Selatan, Reuben Brigety, yang mengatakan kepada para wartawan Washington yakin Afrika Selatan telah memasok senjata kepada tentara Rusia, meskipun negara itu membantah dan mengaku tetap netral.
Brigety mengeklaim bahwa kapal kargo Rusia, Lady R, yang berlabuh di pangkalan angkatan laut Simon's Town di dekat Cape Town antara 6 dan 8 Desember 2022, telah memuat senjata dan amunisi dalam perjalanan kembali ke Rusia.
Namun, Ramaphosa menolak tuduhan itu. Ia mengatakan bahwa karena tidak ada bukti konkret yang mendukung tuduhan tersebut, pemerintah membentuk penyelidikan independen yang dipimpin oleh seorang pensiunan hakim untuk menentukan faktanya.
Pemimpin Afrika Selatan ini mengatakan bahwa pandangan negaranya terhadap konflik yang sedang berlangsung, yakni komunitas internasional perlu bekerja sama untuk segera mencapai kesepakatan. Penghentian permusuhan dan untuk mencegah jatuhnya korban jiwa lebih lanjut dan pengungsian warga sipil di Ukraina.
"Hal ini perlu didukung dengan dialog yang berarti, menuju perdamaian abadi yang menjamin keamanan dan stabilitas semua negara," tulisnya.
Ramaphosa mengatakan bahwa konflik Rusia-Ukraina dan ketegangan yang melatarbelakanginya, tidak akan dapat diselesaikan dengan cara-cara militer, tapi harus diselesaikan secara politik.
"Afrika Selatan percaya bahwa konflik ini harus diselesaikan melalui dialog," katanya, seraya menambahkan bahwa negaranya bertekad untuk mempertahankan posisinya dalam penyelesaian konflik secara damai.
"Dipandu oleh pelajaran dari sejarah kami, kami akan terus menolak seruan, dari pihak manapun, untuk meninggalkan kebijakan luar negeri kami yang independen dan non-blok," ujarnya.