Senin 22 May 2023 18:53 WIB

Pemerintah Ajak Semua Pihak Berkolaborasi Atasi Masalah Stunting

Menurut BKKBN,stunting dapat dicegah dengan memastikan kesehatan calon ibu dan janin.

Rep: Erik PP/Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Sejumlah anak memakan olahan ikan pada Festival Ikan Milenial 2022 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (2/12/2022). Acara itu diadakan sebagai salah satu cara mengatasi stunting di kalangan anak, khususnya dari keluarga tidak mampu.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Sejumlah anak memakan olahan ikan pada Festival Ikan Milenial 2022 di Gedung Sate, Kota Bandung, Jumat (2/12/2022). Acara itu diadakan sebagai salah satu cara mengatasi stunting di kalangan anak, khususnya dari keluarga tidak mampu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia dengan sumber daya alam dan kekayaan bumi yang beragam ternyata tidak menjadikan negara ini bebas dari masalah kurang gizi. Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Hasto Wardoyo menjelaskan, pada 2019, jumlah kasus stunting di Indonesia mencapai 29,67 persen.

Angka itu lebih tinggi dari standar Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yaitu 20 persen. Hasto menyebut, sekitar sembilan juta balita di Indonesia saat ini mengalami stunting. Hal itu berarti, satu dari tiga bayi yang dilahirkan terdiagnosis stunting.

Berdasarkan catatan BKKBN, permasalahan terbesar dalam pengentasan stunting adalah masih kurangnya tingkat kesadaran masyarakat akan bahaya stunting itu sendiri," kata Hasto saat mengunjungi Kelurahan Jagakarsa, Jakarta Selatan, belum lama ini.

Kondisi stunting diprediksi semakin memburuk seiring terjadinya pandemi Covid-19. Pandemi menyebabkan perekonomian Indonesia memburuk dan berdampak negatif pada kemampuan  perekonomian rumah tangga. Jika dibiarkan, kata Hasto, berdampak langsung kepada kemampuan memberi asupan nutrisi dalam tumbuh kembang anak.