REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Majelis Dewan Guru Besar Perguruan Tinggi Negeri Berbadan Hukum (MDGB PTNBH) menggelar seminar nasional dan rapat pleno bertajuk Pancasila dalam Pengamalan Keilmuan dan Praktik Kehidupan Berbangsa dan Bernegara di Universitas Gadjah Mada (UGM). Ketua MDGB PTBNH, Harkristuti Harkrisnowo, mengaku prihatin lantaran Pancasila belum dijadikan sebagai pedoman bagi para pengambil keputusan.
"Padahal isinya bagus-bagus sekali, inilah yang kita harapkan bahwa bukan hanya anak-anak kecil saja yang hafal, tapi orang-orang tua juga bisa memahami. Dan setiap unsur dari penyelenggara negara itu melakukan tugasnya dengan mengambil filsafat Pancasila sebagai dasarnya," kata Harkristuti, Jumat (16/6/2023).
Ia mencontohkan putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengabulkan gugatan terkait perpanjangan masa jabatan pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurutnya putusan MK tersebut berlangsung dengan sangat cepat.
"Sebagai orang hukum ini memang sesuatu yang menurut saya mengerikan, karena kita bisa berandai-andai ada apa di belakangnya, kenapa diputuskan dengan cepat? Kenapa hal seperti ini dihubungkan dengan konstitusi? It's nothing to do dengan konstitusi, tidak ada urusannya tapi diputuskan juga oleh MK. Dan tidak ada satu pun diputusannya ini adalah ketentuan yg inkonstitusional, tidak ada sama sekali," ungkapnya.
Dirinya juga menjelaskan Pancasila merupakan norma fundamental negara (staat fundamental noorm). Namun yang terjadi saat ini Pancasila belum betu-betul diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
"Jadi kami sebagai akademisi kami berharap kita akan lebih serius untuk menangani masalah ini bagaimana Pancasila harus dimaknai dan bagaimana dia harus diimplementasikan dalam kehidupan bernegara, terutama oleh para pengambil keputusan," tegas dia.
Hal senada disampaikan Guru Besar Fakultas Teknik UGM, Wiendu Nuryanti. Beberapa hal yang menjadi poin penting dalam seminar hari ini yaitu pentingnya pengamalan Pancasila dalam kehiduapan sehari-hari. Selain itu para akademisi juga memiliki peran sentral untuk mengamalkan nilai-nilai Pancasila.
Wiendu menilai penting bagi generasi muda bisa memahami persoalan dan menjadi penerus di dalam pengamalan tadi. Karena itu ia menilai komunikasi dengan seluruh komponen generasi muda, milenial dan seterusnya itu menjadi kunci di dalam pengamalan itu.
"Saya kira peneladanan itu penting, karena generasi muda perlu peneladanan konkret, itu yang saya kira perlu semua komponen bisa melakukan hal tersebut," ungkapnya.
Ketua MWA UGM, Pratikno, meyakini Pancasila bukan hanya menjadi penyelamat Indonesia, tetapi juga relevan dan mampu menjadi penyelamat dunia. Sila-sila yang tertuang di dalam Pancasila merupakan konsep komprehensif yang menjadi impian umat manusia di manapun berada.
"Ketika dunia sedang dilanda krisis dalam beberapa tahun terakhir ini mulai dari pandemi, krisis pangan, krisis energi, krisis keuangan, bahkan juga perang, rakyat Indonesia dengan Pancasila tetap bersatu padu dan bergotong royong untuk menghadapinya," kata dia.
Hadir juga dalam seminar tersebut Guru Besar Filsafat UGM Kaelan, Ketua Komisi Bidang Organisasi dan Wawasan Kebangsaan Dewan Guru Besar UGM, Lasiyo, Guru Besar Komunikasi Politik Universitas Pendidikan Indonesia Karim Suryadi, dan Guru Besar FKKMK UGM Sutaryo.