Selasa 20 Jun 2023 15:01 WIB

Ratusan Hektare Lahan Padi di 4 Kecamatan Cilacap Terdampak Kekeringan

Tanaman padi terdampak kekeringan usianya berkisar satu sampai 90 hari.

Petani memompa air ke lahan persawahan. Untuk mengatasi ancaman kekeringan dan gagal panen padi, kelompok tani memompa air sungai ke lahan persawahan (ilustrasi)
Foto: AMPELSA/ANTARA
Petani memompa air ke lahan persawahan. Untuk mengatasi ancaman kekeringan dan gagal panen padi, kelompok tani memompa air sungai ke lahan persawahan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, CILACAP -- Sekitar 602 hektare lahan tanaman padi di wilayah Kabupaten Cilacap, Provinsi Jawa Tengah, terdampak kekeringan. Kondisi itu menurut hasil pemantauan yang dilakukan oleh Dinas Pertanian dari 1 sampai 15 Juni 2023.

Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap Susilan didampingi Kepala Bidang Tanaman Pangan Mlati Asih Budiarti di Cilacap, Selasa, menyampaikan bahwa persawahan yang terdampak kekeringan tersebar di wilayah Kecamatan Cimanggu, Cipari, Kawunganten, dan Kesugihan.

Menurut dia, tanaman padi di sawah-sawah yang terdampak kekeringan usianya berkisar satu sampai 90 hari setelah tanam. Ia mengatakan, kekeringan belum sampai menimbulkan kerusakan pada tanaman padi.

"Kami bersama petani berupaya melakukan langkah penyelamatan terhadap tanaman padi yang berumur kurang dari 60 hari setelah tanam melalui pompanisasi sepanjang ada sumber air dan pompanya," kata dia.

Ia menambahkan, tanaman padi yang umurnya sudah lebih dari 60 hari setelah tanam diperkirakan masih relatif aman sampai masa panen.

Selain terdampak kekeringan, Kepala Bidang Tanaman Pangan Dinas Pertanian Kabupaten Cilacap Mlati Asih Budiarti menyampaikan, ada indikasi serangan organisme pengganggu tumbuhan atau OPT padi dan jagung di persawahan Cilacap.

Menurut dia, OPT yang terindikasi menyerang tanaman padi terdiri atas hama kresek, tikus, hama putih palsu, blas, penggerek batang padi, hama pelepah, burung, siput mas, lalat daun, dan wereng batang cokelat. Sedangkan, lahan tanaman jagung terindikasi diserang hama tikus.

"Kalau serangan OPT pada komoditas kedelai, ubi kayu, sorgum, dan kacang hijau belum terindikasi," kata Mlati.

Ia menyebut, dinas sudah meminta petugas penyuluh pertanian lapangan bersama petugas pengendali organisme pengganggu tumbuhan dan petani secara rutin dan intensif memantau serangan OPT serta mengantisipasi dampaknya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement