REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina melalui fungsi Research & Technology Innovation (RTI) telah berhasil menciptakan nilai hingga 14,5 juta dolar AS atau sekitar Rp 217 Miliar dari produk inovasi yang dikomersialisasikan. Pertamina juga telah menghasilkan optimisasi biaya (cost optimization) sebesar 4,6 juta dolar AS melalui pendanaan (grant) hasil kolaborasi bersama dengan mitra, baik dari dalam maupun luar negeri.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati menjelaskan, salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Pertamina di era transisi yakni menyeimbangkan antara Energy Security, Energy Sustainability dan Energy Affordability. Ketiga kondisi ini menuntut penerapan bisnis hijau, namun di sisi lain tetap harus bisa menjaga ketahanan energi dan menyediakan energi secara terjangkau bagi masyarakat.
“Ini tentu menjadi tantangan dan RTI telah menjalankan fungsinya untuk melakukan riset dan inovasi, termasuk berbagai program untuk mengurangi karbon emisi dari internal operation kita,” ungkap Nicke, dalam acara RTI Collaboration Day yang berlangsung di Ballroom Grha Pertamina, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat (23/6/2023).
Menurutnya, Pertamina berkomitmen untuk terus berinovasi. Hal ini dapat dibuktikan dengan telah diraihnya 49 paten. Bahkan, saat ini ada sekitar 200 produk inovasi yang masih digarap untuk mendukung ketahanan energi.
"Hal ini juga sejalan dengan program pemerintah terkait hilirisasi. Dengan inovasi ini Pertamina bisa melakukan hilirisasi crude to chemical, dimana tentu akan mengurangi impor produk petrokimia sehingga diharapakan berkontribusi pada neraca perdagangan nasional,” ungkap Nicke.
Di Pertamina, saat ini Fungsi RTI (Research & Technology Innovation) berperan dalam hal inovasi, menjaga sustainability dan pengembangan bisnis masa depan perusahaan serta menciptakan new business portfolio dan value creation.
Dalam acara tersebut, diluncurkan pula sembilan produk hasil inovasi Pertamina yang telah digunakan dan dipasarkan oleh Pertamina Group, yaitu:
1. Pertadem, yaitu senyawa kimia yang dapat memecah emulsi alami pada Crude Oil sehingga dapat memisahkan air pada minyak.
2. Pertaflow, yang berfungsi untuk menurunkan temperatur tuang minyak mentah dan produk olahan berbasis minyak bumi seperti residu dan bahan bakar.
3. Pertasurf, produk ini diformulasikan secara khusus agar dapat memenuhi kebutuhan sebagai Aqueous Film Forming Foam consentrate (AFFF) tiga persen / Oil Spill Dispersant (OSD) / degreaser dengan teknologi emulsifier terbaru water based yang ramah lingkungan.
4. PertaEOR, merupakan perangkat lunak produk Pertamina yang digunakan untuk memprediksi penerapan Enhanced Oil Recovery (EOR) hingga Decision Analysis untuk implementasi di Upstream Migas.
5. Clirton, merupakan perangkat lunak pengolahan data seismic berbasis cloud yang user friendly interaktif, dapat di akses dimanapun dan kapanpun tanpa membutuhkan komputer canggih.
6. P-Muda, (Pertamina Multiwell Data Analysis Application) adalah aplikasi berbasis Python yang mampu melakukan dataset preprocessing, dimensionality reduction, data clustering serta 2D/3D visualization. Aplikasi ini mampu menunjukkan korelasi dari berbagai sumur yang tersedia.
7. Breezon, merupakan refrigerant Non-CFC terbaru dari Pertamina berbahan dasar gas Propylene yang aman, ramah lingkungan, dan hemat energi. Produk ini bisa digunakan untuk menggantikan Refrigerant sintetik.
8. Spreeze, merupakan produk pelumas anti karat serba guna dari Pertamina dengan zat aktif khusus yang telah dipatenkan, biasa digunakan untuk memudahkan pelepasan baut dan mur berkarat, melindungi moisture pada peralatan elektronik, dan mencegah karat dengan melapisi permukaan logam.
9. Pertagamant, merupakan perangkat lunak pengolahan data noise tomography yang dapat digunakan untuk identifikasi zona permeabel pada reservoir dan Spatial Auto-Correlation (SPAC) untuk mengetahui perbedaan litologi batuan pada lapangan geothermal.